Wednesday, December 7, 2011

KISAH SEBUAH KOPI

Aku adalah sebuah biji kopi yang diambil dari sebuah perkebunan, begitu aku mulai dewasa, aku disangrai dan mulai digiling sampai halus dengan mesin sampai tubuhku bercampur dengan saudara-saudaraku yang lain.

Aku dibawa oleh sebuah mobil truk, lalu aku diturunkan sebagian kesebuah pasar tradisional, dan aku selalu dibeli untuk warung-warung kecil. dan hargaku begitu diseduh dengan air panas adalah dua ribu perak pergelas.


Lalu kemudian Truk membawaku kesebuah Pabrikan, disana aku dikemas dan dibungkus, dan aku mulai dijual dengan harga tujuh ribu perak. aku suka dengan tubuhku yang dibungkus ini membuat aku terlihat keren dan bisa mejeng disupermarket terkenal.
Kemudian truk membawaku kesebuah Mall, aku diturunkan disana, wah, mal yang penuh glamor, kulihat ada sebuah merek menjadi ikon ku, starbuck, wah sebuah nama yang keren, tau nggak aku disini disuguhkan hargaku bisa mencapai limapuluh ribu rupiah.

Nah pertanyaannya setelah kita baca kisah si kopi, kenapa harganya bisa berbeda-beda ?


demikian juga dengan kita pergaulan dan lingkungan lah yang menentukan kita, sama dengan kopi, kita juga bisa menjadi sangat berharga dan tak ternilai,jika kita ingin bahagia, dimana posisi anda saat ini, andalah yang menentukan sendiri menjadi apa anda kelak, mari jadikan diri kita tak ternilai dengan kebajikan
»»  READMORE...

Tuesday, December 6, 2011

AYAM JAGO KAYU

(Cerita dari Tiongkok)

Dikutip dari kitab zaman Chun Qiu Zhan Guo (Abad ke-5 SM), kitab Da Sheng Pian oleh Zhuang Zi (baca: chuang ce). Raja Qi (baca: ji) sangat menyukai aduan ayam jago.

Suatu hari ia memberi perintah kepada seorang bernama Ji Xing Zi (baca: ci sing ce, selanjutnya disingkat Ji Zi) yang terkenal sebagai pelatih ayam aduan yang piawai, untuk membina ayam jagonya.

Si jago baru saja 10 hari di sana, sang raja Qi sudah mengutus orang untuk menanyakannya, “Ayam itu apakah sudah terlatih baik? ”

Kemudian Ji Zi menjawab, “Belum bisa! Ayam itu sangat congkak, belum bisa menang dalam aduan.”

Lewat lagi 10 hari, ia lantas mengutus orang menanyakan lagi pada Ji Zi, “Apakah si ayam sudah boleh naik panggung bertanding?”

Ji Zi menjawab, “Masih belum terlatih dengan baik! Begitu lawan bergerak, ia langsung menubruk, dengan demikian, malahan tak bisa meraih kemenangan.”

Lagi-lagi menanti 10 hari, menanyai ulang si Ji Zi, apakah sudah terbina, Ji Zi masih saja menjawab, “Ia masih mudah marah, tidak bisa menenangkan pikiran, jadi tidak bakal bisa menang.”

10 hari lagi telah terlalu, akhirnya Ji Zi membawa ayam jago tersebut menemui raja Qi.

Ji Zi berkata, “Raja yang agung, ayam ini sudah boleh naik gelanggang bertanding. Tak peduli ayam lain bagaimanapun berkokok menantangnya, ia mutlak tak terpengaruh, ketenangannya bagaikan seekor ayam kayu, maka dari itu ayam jago lain asalkan melihatnya, pasti langsung melarikan diri, mutlak tak berani bertarung dengannya, ia setiap bertarung pasti menang.”


Kisah ini bermakna jika seseorang memiliki ketenangan jiwa maka dengan mudah ia dapat menepis segala rintangan dalam kehidupan.
»»  READMORE...

LONCENG SAKTI

(Cerita dari Tiongkok)

Ketika Zhang Yong memimpin kota Cheng Du pada zaman dinasti Song, menyelidiki sebuah kasus kehilangan, banyak orang terlibat di dalamnya, tetapi tak ada satu pun tertuduh yang mengaku, selain itu tak ditunjang adanya bukti-bukti, sebenarnya ia terpikir hendak menggunakan metode penyiksaan untuk pengakuan, tapi ia juga khawatir melukai orang yang tak berdosa, tak tahu bagaimana sebaiknya. Ia berpikir kesana kemari, akhirnya memperoleh sebuah ide.

Zhang Yong menggantung sebuah lonceng di dalam sebuah kamar gelap dan ia menyuruh anak buahnya melapisi lonceng itu dengan angus, kemudian ia berkata kepada para tertuduh: “Di dalam kamar ini terdapat sebuah lonceng sakti, apabila dipegang oleh penjahat, maka lonceng itu akan berbunyi, bukan penjahat yang memegang, disentuh tak akan berbunyi.”

Zhang Yong meminta para tertuduh satu persatu memegang lonceng tersebut, sesudah itu ia memeriksa tangan setiap orang dan hanya ada satu orang yang di tangannya tak terdapat angus hitam. Zhang Yong menginterogasinya: “Kamulah pencurinya, kamu takut memegang lonceng akan berbunyi, maka itu tidak berani memegangnya, betul kan?”

Orang itu melihat gelagat tak dapat lagi memungkirinya, iapun terpaksa mengaku.
»»  READMORE...

Monday, December 5, 2011

TANGAN TERINDAH DI DUNIA

Beberapa tahun yang lalu, ketika ibu saya datang berkunjung ketempat saya, ia mengajak saya untuk berbelanja bersamanya karena dia membutuhkan sebuah gaun yang baru.

Saya sebenarnya tidak suka pergi berbelanja bersama dengan orang lain, dan saya bukanlah orang yang sabar, tetapi walaupun demikian kami berangkat juga ke pusat perbelanjaan.

Kami mengunjungi setiap toko yang menyediakan gaun wanita, dan ibu saya mencoba gaun demi gaun dan mengembalikan semuanya karena tidak bagus katanya.

Seiring waktu yang berlalu, saya mulai lelah dan ibu saya mulai frustasi.

Akhirnya pada toko terakhir yang kami kunjungi, ibu saya mencoba satu stel gaun biru yang cantik terdiri dari tiga helai sutra. Pada blusnya terdapat sejenis tali di bagian tepi lehernya, dan karena ketidaksabaran saya, maka untuk kali ini saya ikut masuk dan berdiri bersama ibu saya dalam ruang ganti pakaian, saya melihat bagaimana ia mencoba pakaian tersebut, dan dengan susah-payah mencoba untuk mengikat talinya.

Ternyata tangan-tangannya sudah mulai dilumpuhkan oleh penyakit radang sendi dan oleh sebab itu dia tidak dapat melakukannya... Seketika ketidaksabaranku digantikan oleh suatu rasa kasihan yang dalam kepadanya.

Saya berbalik pergi dan mencoba menyembunyikan air mata yang mengalir tanpa saya sadari.

Setelah saya mendapatkan ketenangan lagi, saya kembali masuk ke kamar ganti untuk mengikatkan tali gaun tersebut.

Pakaian ini begitu indah, dan dia membelinya.

Perjalanan belanja kami telah berakhir, tetapi kejadian tersebut terukir dan tidak dapat terlupakan dari ingatan saya. Sepanjang sisa hari itu, pikiran saya tetap saja kembali pada saat berada di dalam ruang ganti tersebut dan terbayang tangan ibu saya yang sedang berusaha mengikat tali blusnya. Kedua tangan yang penuh dengan kasih, yang pernah menyuapi saya, memandikan saya, memakaikan baju, membelai dan memeluk saya, dan terlebih dari semuanya, berdoa untuk saya, sekarang tangan itu telah menyentuh hati saya dengan cara yang paling membekas dalam hati saya.

Kemudian pada sore harinya, saya pergi ke kamar ibu saya, mengambil tangannya, menciumnya... dan yang membuatnya terkejut, saya memberitahukannya bahwa bagi saya...kedua tangan tersebut adalah tangan yang paling indah didunia ini.

Saya sangat bersyukur bahwa saya dapat melihat dengan mata baru, betapa bernilai dan berharganya kasih sayang yang penuh pengorbanan dari seorang ibu.

Dunia ini memiliki banyak keajaiban.... tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ibu...


"With Love to All Mother in the world"

"JIKA KAMU MENCINTAI IBUMU,
BAGIKANLAH CERITA INI KEPADA ORANG LAIN, AGAR SEMUA ORANG DI DUNIA INI DAPAT MENCINTAI DAN MENYAYANGI IBUNYA".
»»  READMORE...

Sunday, December 4, 2011

MENGASAH BATANG BESI

Li Pai adalah salah seorang dari 8 penyair terbesar pada zaman Thang dan Sung.

Syair-syairnya tak ada yang tidak dikenal orang,
Namanya harum hingga saat ini.

Namun, di masa kecilnya,
Li Pai adalah seorang anak yang lebih suka bermain-main,
daripada belajar membaca dan menulis.

Suatu saat, ketika gurunya tidak berada di tempat,
ia keluar dari kelas dan bermain di tepi sungai.

Ketika hendak menangkap ikan,
ia melihat seorang nenek sedang memusatkan perhatiannya pada sebatang besi yang diasahnya di atas sebuah batu.

Li Pai memperhatikannya selama setengah hari,
namun si nenek itu tetap saja mengasah batang besi tsb.

Akhirnya dengan perasaan aneh,
ia bertanya,
"Nenek, Anda sedang apa?"

Nenek tua menjawab,
"Saya sedang mengasah sebuah jarum untuk menyulam."

"Mengasah Jarum?
Batang besi sedemikian besarnya,
mau diasah sampai kapan?"

"Benar, nak!" nenek tua mengangkat kepala,
memandang Li Pai dan berkata,
"Walau batang besi ini besar,
namun semakin diasah akan semakin kecil.
Asalkan saya tidak berhenti mengasah,
besi ini pasti akan menjadi jarum."

Setelah mendengar ini,
sekejap kemudian Li Pai menjadi sadar dan dengan cepat kembali ke sekolah.

Pesan Moral,
Tidak ada hal yang sulit di dunia ini,
yang perlu kita cemaskan hanyalah niat dari setiap orang untuk melakukan sesuatu.

Asalkan Anda memiliki cita-cita yang mulia,
ingin maju dan berani berkorban dengan semangat
"Tidak akan Menyerah Karena Rintangan",
Ulet, mau Bekerja Keras, Tahan Banting,
jelas dapat mencapai cita-cita yang mulia dan dapat membangun usaha yang besar !!
»»  READMORE...