Friday, December 30, 2011

SUNGAI

Suatu hari di dalam kelas sebuah sekolah, di tengah-tengah pelajaran, pak guru memberi sebuah pertanyaan kepada murid-muridnya : Anak- anak, jika suatu hari kita berjalan-jalan di suatu tempat, di depan kita terbentang sebuah sungai kecil, walaupun tidak telalu lebar tetapi airnya sangat keruh sehingga tidak diketahui berapa dalam sungai tersebut. Sedangkan satu-satunya jembatan yang ada untuk menyeberangi sungai, tampak di kejauhan berjarak kira-kira setengah kilometer dari tempat kita berdiri. Pertanyaan saya adalah, apa yang akan kalian perbuat untuk menyeberangi sungai tersebut dengan cepat dan selamat? Pikirkan baik-baik, jangan sembarangan menjawab. Jawablah dengan memberi alasan kenapa kalian memilih jalan itu. Tuliskan jawaban kalian di selembar kertas. Kita akan diskusikan setelah ini. Seisi kelas segera ramai, masing-masing anak memberi jawaban yang beragam. Setelah beberapa saat menunggu murid-murid menjawab di kertas, pak guru segera mengumpulkan kertas dan mulailah acara diskusi. Ada sekelompok anak pemberani yang menjawab: kumpulkan tenaga dan keberanian, ambil ancang-ancang dan lompat ke seberang sungai. Ada yang menjawab, kami akan langsung terjun ke sungai dan berenang sampai ke seberang. Kelompok yang lain menjawab : Kami akan mencari sebatang tongkat panjang untuk membantu menyeberang dengan tenaga lontaran dari tongkat tersebut. Dan ada pula yang menjawab : Saya akan berlari secepatnya ke jembatan dan menyeberangi sungai, walaupun agak lama karena jarak yang cukup jauh, tetapi lari dan menyeberang melalui jembatan adalah yang paling aman. Setelah mendengar semua jawaban anak-anak, pak guru berkata, ”Bagus sekali jawaban kalian. Yang menjawab melompat ke seberang, berarti kalian mempunyai semangat berani mencoba. Yang menjawab turun ke air berarti kalian mengutamakan praktek. Yang memakai tongkat berarti kalian pintar memakai unsur dari luar untuk sampai ke tujuan. Sedangkan yang berlari ke jembatan untuk menyeberang berarti kalian lebih mengutamakan keamanan. Bapak senang kalian memiliki alasan atas jawaban itu. Semua jalan yang kalian tempuh adalah positif dan baik selama kalian tahu tujuan yang hendak dicapai. Asalkan kalian mau berusaha dengan keras, tahu target yang hendak dicapai, tidak akan lari gunung di kejar, pasti tujuan kalian akan tercapai. Pesan bapak, mulai dari sekarang dan sampai kapanpun, Kalian harus lebih rajin belajar dan berusaha menghadapi setiap masalah yang muncul agar berhasil sampai ke tempat tujuan”. Dalam kenyataan hidup, kita semua sebagai manusia selalu mempunyai masalah atau problem yang harus di hadapi, selama kita tidak melarikan diri dari masalah, dan sadar bahwa semua masalah dan rintangan itu harus diatasi, melalui pola pikir dan cara2 yang positif serta keberanian kita menghadapi semua itu, tentu hasilnya akan maksimal. Hanya dengan action dan belajar, belajar dan action lagi. Manusia baru bisa mencapai pertumbuhan mental yang sehat dan meraih kesuksesan seperti yang di idam idamkan!
»»  READMORE...

Thursday, December 29, 2011

MY LAST LOVE (kisah cinta gadis lumpuh dan pria penderita HIV)

Dalam hidupku, aku mungkin terlahir sebagai gadis yang paling dicintai Tuhan, sejak kecil, aku kehilangan ayahku karena sebuah kecelakaan. Ibu berjuang membesarkanku dengan mencuci pakaian hingga akhirnya beliau memiliki toko Laundry. Ketika usiaku 22 dan tumbuh sebagai gadis yang normal serta memiliki seorang kekasih yang hendak menikahiku, Sebuah kecelakaan menghancurkan segalanya. Aku kehilangan kedua kakiku yang lumpuh dan kekasihku walau tidak pernah mengatakan pisah padaku, takdir membuatku sadar kami harus berpisah karena aku bukanlah gadis yang diharapkan menjadi menantu keluarganya, karena mereka menyebutku gadis cacat. Walaupun aku cacat, aku tidak pernah menyerah terhadap hidupku. Aku tidak dendam terhadap orang yang telah membuatku cacat, walau ia menghilang setelah kejadian itu. Hingga seorang pria yang begitu mencintaiku datang, ia menerima keadaanku yang cacat. Namanya Martin, ia pria tampan yang begitu sederhana dalam hidupku. Walaupun aku cacat, ia berjuang untuk hidupku. Menjadi pria yang menjaga dan melindungiku. Kadang aku sampai bertanya? Apa yang membuatnya begitu mencintaiku, rela menghabiskan waktu dan uangnya hanya untuk membuatku yakin.
Kalau aku akan sembuh dan normal pada suatu saat nanti.

Suatu hari ia memberitahuku, ia memikili seorang dokter yang dapat menyembuhkanku, ia memintaku ikut dengannya ke Amerika. Aku awalnya berpikir ini mustahil, tapi berkat kuasa Tuhan dan Doa ibuku, akhirnya aku benar-benar sembuh walaupun tidak bisa berlari, setidaknya aku masih bisa berjalan tanpa kursi roda yang sudah bersamaku beberapa tahun belakangan ini. Aku pikir aku akan menjadi gadis paling bahagia, setelah Martin melamarku tepat di hari Valentine. Aku menerimanya, kami menikah dan hidup bahagia tapi tidak untuk Martin, ia terusir dari keluarga dan materi yang biasa ia dapatkan sebagai anak orang kaya.

Martin pria yang sangat bekerja keras, walau tanpa uang dari ayahnya, ia mampu berkerja apapun sebagai suami. tapi 6 bulan setelah pernikahan kami saat aku hamil 3 bulan. Ia tiba-tiba pingsan dihadapanku. Ia Nampak tidak sehat sehabis pulang bekerja. Karena cemas aku membawanya ke rumah sakit. Dan betapa hancurnya hatiku, saat dokter berkata kalau suamiku terjangkit virus HIV. Aku menangis, menunggu saat yang tepat untuk bertanya kepada suamiku, mengapa penyakit itu bisa ada dalam hidupnya. Tapi hal itu tidak pernah aku tanyakan, karena lebih baik aku berpikir untuk fokus menyembuhkan dirinya dari penyakit paru-paru basah miliknya, karena ia bekerja sebagai pelatih renang dan itu lah penyebab paru-parunya penuh air.

Martin, tanpa aku bilang tentang penyakitnya, ia sudah tau apa yang ada di dalam tubuhnya. Aku tau ia cemas, bayi yang kami kandung. Mungkin ataupun aku, bisa terjangkit virus yang sama dengannya. Tapi sebagai istri, aku berusaha kuat, walaupun aku cemas terhadap hasil akhir tes darah yang akan diberikan dokter tentang kondisi tubuhku. Beberapa hari kemudian, hasil tes mengatakan aku ataupun bayi di perutku tidak terjankit dan aku bersyukur melewati cobaan ini.

Tanpa alasan yang aku mengerti, tiba-tiba kondisi Martin begitu genting dan darurat. Dokter mengatakan, terjadi kompilasi penyakit kuning dan rusaknya paru-paru. Aku menangis, memikirkan keadaan suamiku. Ia menatapku, membesarkan hatiku. Tapi aku bisa melihat ada sesuatu di hatinya yang hendak ia katakan padaku. Dokter mengatakan padaku, kalau kondisi suamiku mungkin sulit disembuhkan dan mereka menyarankan aku mencari pengobatan di Singapura. Aku pun menawarkan suamiku. Tapi ia menolak, ia meminta di rawat di sini. Aku hanya terdiam, aku tau, ia tidak ingin dibantah dan aku hanya bisa berdoa kepadanya agar Tuhan memberikan mujizat.

Sampai suatu hari, aku mulai mendapatkan kejujuran dari suamiku, tentang hidupnya. Sebuah misteri yang tak pernah aku tau. Ia mengatakan kalimat maaf setiap hari hingga 7 hari dengan berbagai hal yang sulit kupahami.

Hari pertama, ia bicara padaku

“ Angel, aku ingin mengatakan sebuah kejujuran dalam hidupku. Hal pertama yang ingin kukatakan padamu, aku tau aku terjankit virus HIV Sejak 1 bulan setelah pernikahan kita, aku minta maaf padamu, mungkin ini dosaku, di masa mudaku, hidup terlalu bebas dan kini menerima akibatnya ”

Aku hanya tersenyum dan berkata.

“ Tidak apa Martin, karena semua sudah menjadi jalannya. Aku ataupun bayi yang sedang kita kandung sehat negative dari virus HIV, janganlah kamu merasa bersalah. ”

Hari kedua, ia kembali bicara padaku.

“ Angel, aku ingin mengatakan kejujuran kedua dalam hidupku. Aku adalah orang yang membuatmu cacat dan pelaku dari tabrak lari yang membuatmu lumpuh. Maafkan aku..”

Aku shock, aku sadar memang terlintas Martin adalah pelaku yang membuatku cacat, tapi aku pun bisa menerima keadaan itu.

“ Aku tau sejak awal kamu adalah orang yang membuatku cacat, tapi aku bisa mengerti. Aku sadar kamu begitu menyesali kejadian itu, kamu hadir dalam hidupku, begitu bersemangat membuatku sembuh. Itu sudah membuktikan kalau kamu merasa menyesal dan bertanggung jawab”

“ Aku terpaksa melakukan itu, lari dari tanggung jawab. Karena orang tuaku tidak mau di penjara dan memintaku lari keluar negeri, setelah aku bisa kembali,aku pun mencarimu, melihatmu dengan keadaan lumpuh, aku sungguh berdosa. Aku memohon maaf atas ketidakjujuran selama ini.”

“ Lupakan saja Martin, aku sudah memaafkanmu sejak kamu berani muncul padaku. Aku bahagia dengan semua ini, janganlah merasa bersalah..”

Martin hanya tertunduk walaupun ia masih berasa bersalah. Hari ketiga ia pun bertanya padaku.

“ Angel andai aku sembuh, maukah hidup denganku sebagai pria HIV, apakah kau tidak takut padaku?”

Aku menjawab dengan hatiku yang tulus.

“ Martin, ketika aku disebut gadis cacat, kamulah orang yang selalu melindungiku, mengendongku saat aku tidak bisa menaiki tangga, menikahi gadis cacat sepertiku, bahkan menghabiskan uang yang banyak untuk kesembuhan hidupku, berpisah dengan kelurgamu. Kamu menerima aku sebagai gadis cacat, itu adalah kebesaran hidup yang paling indah buatku, sekarang kalaupun sakit, biarkanlah aku menjaga dan merawatmu, dengan cinta yang sama saat kau berikan padaku yang cacat”

Martin menangis mendengarkan itu, aku pun menangis, ia bahkan sampai diusir dari keluarganya karena menikah denganku. Ayahnya orang kaya, tidak akan sudi memanggilku menantu.Karena aku cacat saat dulu.

Hari keempat ia kembali bicara padaku, wajahnya semakin pucat. Aku tau, kondisinya memburuk.

“ Angel bersediakah kau pergi menemui keluargaku, menyampaikan permohonan maafku, kepada ayah, ibu dan adikku,memberitahukan kepada mereka, kalau kau sedang mengandung cucu mereka.?”

Aku tau ini jawaban yang sulit, tapi aku pun menyanggupi, aku tau mereka akan menolakku atau bahkan mengusirku tapi demi Martin, aku berjuang untuk menyampaikan pesan suamiku. Aku tiba dirumah mereka, menekan bel. Ibunya menyambutku dengan kalimat “ Gadis cacat tidak tau malu, “ aku tetap menaruh senyumku. Ayahnya muncul tapi hanya memperhatikanku sambil berkata” Mau apalagi? Sudah cukup mengambil putraku? Apalagi yang kurang?”

Aku dengan tenang berkata, “ Ayah dan ibu, saat ini Martin terbaring sakit, ia memintaku untuk datang pada kalian. Walaupun aku tau, sulit untuk kalian menerimaku, tapi setidaknya biarkanlah aku memohon kepada kalian untuk melihat Martin, ia ingin berjumpa dengan kalian. Kalaupun kalian tidak sudi untuk itu, aku ingin kalian tau, Martin memohon Maaf kepada kalian, andai kata ia tidak menjadi anak yang berbakti. Aku sedang hamil dan beberapa bulan lagi akan melahirkan. Setidaknya izinkan cucumu ini kelak menemuimu dan memanggilku kakek dan nenek.”

Aku pergi dengan berlinang air mata, ayah dan ibu Martin tidak menjawab apapun. Aku sedih dan menghampiri Martin, mengatakan semua yang sudah kulakukan. Ia membelai kepalaku, membesarkan hatiku dan berkata kalau kelak ayah dan ibunya akan menerima aku dan cucunya.

Hari ke lima, Martin kembali bicara padaku.

“ Angel, bolehkah kau membuatkanku makanan yang ingin sekali kumakan?”

“ Makanan apa Martin.”

“ Sejak menikah denganmu, aku paling suka masakan sayur lodeh buatanmu. Bisakah kau membuatkanku itu?”

“ Aku akan buatkan untukmu.”

Aku pulang ke rumahku, dengan wajah penuh kesedihan. Aku sadar, ibuku pernah berkata, bila seseorang meminta makanan yang hendak ia makan, artinya cepat atau lambat, makanan itu akan menjadi makanan terakhir yang ia makan. Sejak kecil ia terbiasa makanan mewah, hidup bersamaku dengan makanan kampung membuatnya lebih bahagia. Dengan penuh kesedihan aku membuatku makanan itu, membawanya kepada Martin. Ia menyantapnya dengan lahap, padahal ia tidak pernah mau makan beberapa hari terakhir karena merasa tidak nafsu makan.

Hari ke enam menjelang hari ketujuh.

Martin membelai perutku yang mulai membesar, dan bertanya.

“ Apakah kamu tau, apa jenis kelamin bayi kita?”

“ Kata dokter, ia akan menjadi anak perempuan.”

“ Aku senang, aku boleh memohon padamu Angel?”

“ Katakan Martin..’

“ Berikan nama anak kita Angel, seperti namamu, karena namamu begitu indah terdengar. Bersediakah kau lakukan itu untukku.”

Aku menahan tangisku, aku pun menyanggupi permohonan Martin. Ia mulai merasa tak kuat menahan rasa sakitnya. Terkadang aku sedih melihatnya saat kesakitan, tapi aku tak bisa melakukan apapun selain berdoa agar dirinya lekas lepas dari penderitaan begitu berat baginya.keesokan harinya, hari paling berduka dalam hidupku. Hari yang tak akan pernah terlupa dalam hidupku. Martin tiba-tiba meminta dokter memanggilku dan bicara padaku.

“ Angel, kau harus tau, hidupku mungkin singkat di dunia ini. Tapi di dalam hidupku hanya tersimpan dua hal yang akan pernah kulupakan. Hal pertama adalah saat aku pertama kali jatuh cinta padamu, dan kedua, saat aku bisa melihatmu berjalan. Andai aku kelak tak ada lagi, berjanjilah padaku, merawat anak kita hingga menjadi anak yang berbakti, berikah kasih sayang yang tak sempat kuberikan padanya. Dan katakan padanya, aku sangat mencintainya..”

“ Kenapa kamu bicara seperti itu Martin, kamu jangan tinggalkan aku.. aku tidak bisa hidup tanpamu?” kekuatan hatiku hilang saat itu untuk tegar.

“ Kamu adalah gadis kuat, aku percaya kamu akan bertahan dan berjanji hidup untukku..”

“ Aku takut..”

“ Berjanjilah, padaku..”

Dengan berat hati aku berjanji padanya. Saat itulah aku melihatnya pergi terakhir kalinya dalam hidupku. 7 Hal yang ia katakan sebelum pergi menyadarkan aku betapa ia sangat berarti dalam hidupku. Betapa dia adalah orang yang telah membuatku hidup sebagai gadis kuat yang mampu bertahan dari cobaan berat dalam hidupku.Martin pun meninggal dengan membawa kenangan terindah dalam hidupku.

Kutaburkan abu hidupnya yang terakhir di laut, kujanjikan masa depan anak kami untuk mengenangnya.Ia mungkin pergi dalam hidupku, tapi ia mengajarkan kepadaku arti cinta sesungguhnya. Arti cinta dan pengorbanan bagi dirinya. Cinta yang membuatnya kehilangan segalanya. Harta dan keluarganya, tapi tidak kebesaran hatinya untukku.

Semoga saja kisahku ini menjadi kekuatan kalian untuk memberikan arti cinta tanpa berharap balasan yang tidak bisa dihargai dengan uang ataupun berlian sekalipun.

Tamat.

Kisah ini terdapat dalam novel Agnes Davonar berjudul MY LAST LOVE.
Novel telah terbit seharga 35.000 Rupiah tebal 380 Hal. Kisah inspiratif yang diangkat dari kisah perjuangan cinta dan membuat anda mengerti arti cinta sesungguhnya dalam hidup. Dapatkan buku ini di seluruh toko buku Indonesia
»»  READMORE...

Wednesday, December 28, 2011

PERSATUAN

Alkisah, di sebuah kerajaan yang subur makmur, raja dicintai rakyatnya karena memerintah dengan bijaksana, sehingga rakyat hidup aman dan sejahtera. Raja banyak mempunyai putra dan putri, namun sayang, sejak kecil mereka tidak pernah akur. Dari bertengkar mulut hingga beradu fisik sering terjadi di antara mereka. Raja sangat gelisah dan tidak tenang memikirkan ketidakakuran anak-anaknya. Bila tercerai- berai karena tidak akur bagaimana jika harus bertempur melawan musuh, begitu pikir sang raja. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberi pengertian kepada anak-anaknya agar jangan hanya memikirkan diri sendiri. Raja sangat menginginkan mereka akur sehingga bisa bahu-membahu jika menghadapi serangan dari luar, serta agar bisa memberi contoh rakyatnya hidup rukun di negeri sendiri. Suatu hari, saat berkumpul di meja makan, sebelum acara makan dimulai, raja memerintahkan kepada mereka: ”Anakku, ambillah sebatang sumpit di depan kalian dan coba patahkan.” Walaupun heran dengan perintah sang ayah, mereka segera mematuhinya dan mematahkan sumpit itu dengan mudah. Kemudian, raja meminta sumpit tambahan kepada pelayan. ”Sekarang, patahkan sepasang sumpit di depan kalian itu.” Kembali mereka dengan senang hati memamerkan kekuatan fisik masing-masing dan segera patahlah sepasang sumpit tersebut. Raja kemudian kembali meminta sumpit tambahan dan memerintahkan anak- anaknya mematahkan sumpit yang kali ini ada tiga batang. Dengan susah payah, ada yang berhasil mematahkan, namun ada juga yang akhirnya menyerah. Salah seorang dari mereka lantas bertanya: ”Ayah, mengapa kami harus mematahkan sumpit-sumpit ini dari satu batang hingga tiga batang. Untuk apa semua ini?” ”Pertanyaan bagus anakku. Sumpit-sumpit adalah sebuah perlambang kekuatan. Jika satu batang mudah dipatahkan, maka jika beberapa batang sumpit disatukan, tidak akan mudah untuk dipatahkan. Sama seperti kalian. Bila mau bersatu, maka tidak akan ada pihak luar atau musuh yang akan mengalahkan kita. Tapi bila kekuatan kita tercerai berai, maka musuh akan mudah mengalahkan kita.Ayah ingin kalian bersatu, bersama-sama membangun negara dan rakyat negeri ini. Jika kita mampu menjaga kekompakan dan memberi contoh kepada seluruh rakyat negri ini, maka kerajaan kita pasti akan tetap sejahtera dan semakin makmur,”jelas sang raja. ”Anak-anakku, usia ayah sudah lanjut. Kini saatnya ayah titipkan kerajaan ini ke tangan kalian semua. Ayah percaya kalian akan mampu menyelesaikan masalah di negeri ini bila kalian bersatu.” Untuk membangun komunitas baik keluarga, perusahaan, pemerintah, ataupun komunitas-komunitas lainnya,mutlak diperlukan semangat kekompakan, kebersamaan, dan persatuan. Seperti sebuah pepatah tiongkok kuno yang mengatakan,”Bersatu adalah kekuatan". Tanpa kekompakan akan mudah retak rapuh dan tercerai berai.” Adanya persatuan yang dibangun berlandaskan pengertian dan kepercayaan antarpribadi, akan memunculkan kekuatan sinergi yang solid dan mantap.Dengan modal tersebut,sebuah komunitas akan bisa berkembang menuju keberhasilan yang mengagumkan.
»»  READMORE...

KEHIDUPAN

Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya. ”Om beli bunga Om.” ”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya. ”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil. Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.” Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya,si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya. ”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.” Bercampur antara jengkel dan kasihan sipemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya. ”Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil.Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana. Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung. ”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?” Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab, ”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.” Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu. Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan.
»»  READMORE...

Tuesday, December 27, 2011

SUKSES

Di sebuah sekolah, seorang guru mendapat pertanyaan dari salah seorang muridnya yang paling kritis. “Guru, apakah kami semua nanti bisa sukses?” Sang guru tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tak lama, ia mengeluarkan uang senilai seratus ribu dari kantongnya. “Hayoo, siapa yang mau uang ini?” Semua anak berebutan mengacungkan tangannya. Uang senilai itu bagi mereka sangat besar. Tiba-tiba, sang guru melipat- lipat dan meremas uang itu hingga kucel dan tidak karuan bentuknya. Ia pun berujar lagi, ”Hayoo, siapa yang mau uang ini?” Walaupun merasa
heran dengan kelakuan gurunya, murid-murid tidak peduli, mereka kembali mengacungkan jarinya, sambil berteriak Saya..saya..saya..” Semua serempak mengajukan diri untuk mendapatkan uang itu. Melihat antusiasme muridnya, sang guru kemudian menjatuhkan uang tersebut ke lantai dan menginjak-injak uang itu hingga kecil, tidak karuan dan kotor. Mendapati gurunya melakukan hal itu pada uang tersebut, sebagian murid melongo. Mereka tak tahu apa maksudnya sang guru menginjak-injak uang yang nilainya sangat besar bagi mereka itu. Guru pun kembali bertanya, ”Hayoo, siapa yang masih menginginkan uang ini?” Ternyata, meski uang itu menjadi jelek, kumal dan bahkan bercampur sedikit lumpur yang berasal dari injakan sepatu guru, masih banyak murid yang antusias mendapatkan uang tersebut. ”Aku guru..aku..” ”Kalian tetap saja mau dengan uang ini? Kalian tidak melihat betapa uang ini sangat kucel, jelek, kumal dan bau?” ”Jelek itu kan hanya bentuknya saja guru. Tetapi saja uang itu nilainya seratus ribu,”jawab murid-murid yang tetap antusias meminta gurunya memberikan uang itu. Sang guru pun kemudian berujar, ”Kalian benar. Meskipun sudah tidak karuan bentuknya, uang itu tetap berharga dan kalian tetap ingin memilikinya. Nah, jika tadi ada pertanyaan, apakah semua bisa sukses? Jawabannya sama seperti nilai uang ini. Dalam proses menuju ke arah kesuksesan, kalian pasti akan mengalami berbagai ujian dan cobaan,mungkin mengalami jatuh, diinjak, dan dilecehkan. Walaupun begitu, nilai diri kalian tidak akan berubah. Semua tergantung kalian sendiri, bisa menjaga nilai yang ada dalam diri kalian atau tidak. Jika kalian mampu menghargai diri sendiri dan menentukan nilai diri, dengan keyakinan, kerja keras dan semangat pantang menyerah, maka sukses pasti kalian dapatkan.” Tak peduli berbagai ujian, cobaan, halangan, dan tantangan yang menghadang, jika kita punya satu nilai dalam keyakinan dalam diri, bahwa sukses adalah hak saya, maka jalan kesuksesan pasti akan selalu terbuka. Karena itu, seberat apapun perjuangan yang kita lakukan, seganas apapun padang gurun yang kita harus lewati, setinggi apapun gunung yang akan kita daki, seluas apapun samudra yang kita seberangi, tetaplah pelihara semangat ”Success is my right!” Tanamkan dalam diri,dan teruslah bekerja keras untuk mewujudkan semua mimpi. Harta tak ternilai itu ada dalam diri Anda. Perjuangkan!!!
»»  READMORE...

SALAH PERSEPSI

Dikisahkan, di sebuah dusun tinggallah keluarga petani yang memiliki seorang anak masih bayi. Keluarga itu memelihara seekor anjing yang dipelihara sejak masih kecil. Anjing itu pandai, setia, dan rajin membantu si petani. Dia bisa menjaga rumah bila majikannya pergi, mengusir burung-burung disawah dan menangkap tikus yang berkeliaran di sekitar rumah mereka. Si petani dan istrinya sangat menyayangi anjing tersebut. Suatu hari, si petani harus menjual hasil panennya ke kota. Karena beban berat yang harus di bawanya, dia meminta istrinya ikut serta untuk membantu,agar secepatnya menyelesaikan enjualan dan sesegera mungkin pulang ke rumah. Si bayi di tinggal tertidur lelap di ayunan dan dipercayakan di bawah penjagaan anjing mereka. Menjelang malam setiba di dekat rumah, si anjing berlari menyongsong kedatangan majikannya dengan menyalak keras berulang-ulang, melompat-lompat dan berputar-putar, tidak seperti biasanya. Suami istri itu pun heran dan merasa tidak tenang menyaksikan ulah si anjing yang tidak biasa. Dan Betapa kagetnya mereka, setelah berhasil menenangkan anjingnya…astaga, ternyata moncong si anjing berlumuran darah segar. “Lihat pak! Moncong anjing kita berlumuran darah! Pasti telah terjadi sesuatu pada anak kita!” teriak si ibu histeris, ketakutan, dan mulai terisak menangis. “Ha…benar! Kurang ajar kau anjing! Kau apakan anakku? Pasti telah kau makan!” si petani ikut berteriak panik. Dengan penuh kemarahan, si petani spontan meraih sebuah kayu dan secepat kilat memukuli si anjing itu dan mengenai bagian kepalanya. Anjing itu terdiam sejenak. Tak lama dia menggelepar kesakitan, memekik perlahan dan dari matanya tampak tetesan airmata, sebelum kemudian ia terdiam untuk selamanya. Bergegas kedua suami istri itu pun berlari masuk ke dalam rumah. Begitu tiba di kamar, tampak anak mereka masih tertidur lelap di ayunan dengan damai. Sedangkan di bawah ayunan tergeletak bangkai seekor ular besar dengan darah berceceran bekas gigitan. Mereka pun segera sadar bahwa darah yang menempel di moncong anjing tadi adalah darah ular yang hendak memangsa anak mereka. Perasaan sesal segera mendera. Kesalahan fatal telah mereka lakukan. Emosi kemarahan yang tidak terkendali telah membunuh anjing setia yg mereka sayangi. Tentu, penyesalan mereka tidak akan membuat anjing kesayangan itu hidup kembali. Sungguh mengenaskan. Gara-gara emosi dan kemarahan yang membabi buta dari ulah manusia, seekor anjing setia yang telah membantu dan membela majikannya, harus mati secara tragis. Saya rasa demikian pula di kehidupan ini. Begitu banyak permasalahan, pertikaian, perselisihan bahkan peperangan, muncul dari emosi yang tidak terkontrol. Karena itu, saya sangat setuju dengan kata-kata: ”Jangan mengambil keputusan apapun disaat emosi sedang melanda.” Sebab, bila itu yang dilakukan, bisa fatal akibatnya. Sungguh, kita butuh belajar dan melatih diri agar disaat emosi, kita mampu mengendalikan diri secara sabar dan bijak.
»»  READMORE...

Sunday, December 25, 2011

LOYALITAS

Seorang pemuda karyawan sebuah kantor sering mengeluhkan tentang karirnya.Ia merasakan bahwa setiap kali bekerja,tidak mendapatkan kepuasan. Karirnya sulit naik, Gaji yang didapat pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena itu ia pun sering berpindah-pindah tempat kerja. Ia berharap, dengan cara itu ia bisa memperoleh pekerjaan yang memberikannnya kepuasan, dari segi karir, maupun gaji. Setelah sekian lama ia berganti pekerjaan, bukannya kepuasan yang ia dapat, namun justru sering muncul penyesalan. Setiap kali pindah pekerjaan, ia merasa menjumpai banyak kendala. Dan, begitu seterusnya. Suatu ketika, pemuda itu berjumpa dengan kawan lamanya. Kawan lama itu sudah menduduki posisi direktur muda di sebuah perusahaan. Pemuda itu pun lantas bertanya, bagaimana caranya si kawan bisa memperoleh kedudukan yang tinggi dengan waktu yang relative cepat. "Kamu dekat dengan bosmu ya?" Tanya si pemuda penasaran. Kawan lamanya itu hanya tersenyum. Ia tahu, si pemuda curiga padanya bahwa posisi saat ini dikarenakan faktor koneksi. "Memang, aku dekat dengan bos aku." Jawab kawan itu, "Tapi aku juga dekat dengan semua orang di kantorku. Bahkan, sebenarnya aku berhubungan dekat dengan semua orang, baik dari yang paling bawah sampai paling atas. Kamu curiga ya? Aku bernepotisme karena bisa menduduki posisi tinggi dalam waktu cepat?" Dengan malu, pemuda itu segera meminta maaf, "Bukan itu maksud aku. Aku sebenarnya kagum dengan kamu. Masih seusia aku, tapi punya prestasi yang luar biasa sehingga bisa jadi direktur muda." Setelah menceritakan keadaannya sendiri, si pemuda kembali bertanya, “Kawan, apa sih sebenarnya rahasia sukses kamu?” Dengan tersenyum bijak si kawan menjawab, "Aku tak punya rahasia apapun. Yang kulakukan adalah mengaktualisasikan diriku atau fokus pada kekuatan yang aku punyai, dan berusaha mengurangi kelemahan-kelemahan yang aku miliki. Itu saja yang kulakukan. Mudahkan?" "Maksudmu bagaimana?" "Aku pun sebenarnya pernah mengalami hal yang sama denganmu, merasa jenuh dengan pekerjaan yang ada dan juga tak bisa naik jabatan. Namun, suatu ketika, aku menemukan bahwa ternyata aku punya kemampuan lebih di bidang pemasaran. Maka, aku pun mencoba untuk fokus di bidang pemasaran. Aku menikmati bertemu dengan banyak orang. Selain itu, aku pun mencoba terus belajar untuk mengusir kejenuhan pada pekerjaan. Dan, inilah yang aku dapatkan.”
»»  READMORE...

ANAK PEMALAS

Dikisahkan, sebuah keluarga mempunyai anak semata wayang. Ayah dan ibu sibuk bekerja dan cenderung memanjakan si anak dengan berbagai fasilitas. Hal tersebut membuat si anak tumbuh menjadi anak yang manja, malas, dan pandai berdalih untuk menghindari segala macam tanggung jawab. Setiap kali si ibu menyuruh membersihkan kamar atau sepatunya sendiri, ia dengan segera menjawab, "Aaaah Ibu. Kan ada si bibi yang bisa mengerjakan semua itu. Lagian, untuk apa dibersihkan, toh nanti kotor lagi." Demikian pula jika diminta untuk membantu membersihkan rumah atau tugas lain saat si pembantu pulang, anak itu selalu berdalih dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Ayah dan ibu sangat kecewa dan sedih melihat kelakuan anak tunggal mereka. Walaupun tahu bahwa seringnya memanjakan anaklah yang menjadi penyebab sang anak berbuat demikian. Mereka pun kemudian berpikir keras, bagaimana cara merubah sikap si anak? Mereka pun berniat memberi pelajaran kepada anak tersebut. Suatu hari, atas kesepakatan bersama, uang saku yang rutin diterima setiap hari, pagi itu tidak diberikan. Si anak pun segera protes dengan kata-kata kasar, "Mengapa Papa tidak memberiku uang saku? Mau aku mati kelaparan di sekolah ya?" Sambil tersenyum si ayah menjawab, "Untuk apa uang saku, toh nanti habis lagi?"Demikian pula saat sarapan pagi, dia duduk di meja makan tetapi tidak ada makanan yang tersedia. Anak itu pun kembali berteriak protes, "Ma, lapar nih. Mana makanannya? Aku buru-buru mau ke sekolah." "Untuk apa makan? Toh nanti lapar lagi?" jawab si ibu tenang. Sambil kebingungan, si anak berangkat ke sekolah tanpa bekal uang dan perut kosong. Seharian di sekolah, dia merasa tersiksa, tidak bisa berkonsentrasi karena lapar dan jengkel. Dia merasa kalau orangtuanya sekarang sudah tidak lagi menyayanginya. Pada malam hari, sambil menyiapkan makan malam, sang ibu berkata, "Anakku. Saat akan makan, kita harus menyiapkan makanan di dapur. Setelah itu, ada tanggung jawab untuk membersihkan perlengkapan kotor. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakannya dan akan terus begitu selama kita harus makan untuk kelangsungan hidup. Sekarang makan, besok juga makan lagi. Hari ini mandi, nanti kotor, dan harus juga mandi lagi. Hidup adalah rangkaian tanggung jawab, setiap hari harus mengulangi hal-hal baik. Jangan berdalih, tidak mau melakukan ini itu karena dorongan kemalasan kamu. Ibu harap kamu mengerti." Si anak menganggukkan kepala, "Ya Ayah-Ibu, saya mulai mengerti. Saya juga berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi."
»»  READMORE...