Blog Archive

Friday, January 20, 2012

KEBERUNTUNGAN DAN MALAPETAKA

Ketika tadi pagi pergi ke pasar berbelanja, dalam perjalanan pulang di tengah jalan saya melihat seorang bapak tergeletak di tengah jalan, ternyata seorang gadis muda dengan mobilnya melanggar bapak yang mengendarai sepeda motor. bapak ini tergeletak di tengah jalan tidak bisa bergerak, melihat pemandangan ini membuat hati saya ketakutan.

Saya sendiri juga telah beberapa kali mengalami kecelakaan mobil, tetapi karena keberuntungan saya dan berkat yang diberikan Tuhan kepada saya, oleh sebab itu saya sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah menyelamatkan saya. Kehidupan manusia benar-benar rapuh, sebuah kecelakaan fatal dapat menyebabkan nyawa melayang. Tetapi manusia tidak menyadarinya, dalam dunia fana ini demi harta dan ketenaran bertempur terus.

Dahulu di perusahaan kami, ada seorang pemuda yang mempunyai bakat besar, kariernya sedang menanjak, tiba-tiba suatu hari kami mendapat kabar bahwa pemuda ini dan istrinya mengalami kecelakaan mobil besar, mobilnya terbakar, suami istri ini meninggal di tempat meninggalkan seorang anak yang masih kecil yang menderita penyakit jantung.

Mendengar berita ini setiap rekan dikantor sangat terkejut, semua merasa keselamatan adalah berkat besar, hidup didunia ini sungguh harus memandang hambar terhadap segalanya, tetapi manusia selalu lupa, setelah beberapa waktu mereka akan lupa mereka telah memandang hambar kepada dunia fana ini, mereka mulai bertarung mati-matian lagi mencari keuntungan, nama, harta dan ketenaran.

Manusia demi kebahagiaan hidup didunia ini, demi mencari keuntungan pribadi, dengan sadar ataupun tanpa sadar mulai menyakiti orang lain, mereka tidak sadar ketika menyakiti orang demi mendapat keuntungan pribadi, mereka telah menciptakan karma besar. Ketika karma ini tiba maka rasa sakit dan malapetaka akan menimpa, oleh sebab itu orang yang tidak tahu atau tidak percaya kepada karma adalah orang yang paling bodoh, membabi buta melakukan hal-hal buruk, akhirnya karma tersebut akan menimpa diri sendiri. Ini seperti boomerang yang menyerang diri sendiri.

Tentu saja, ada beberapa orang yang mengatakan, “Lihat orang itu cukup baik, kenapa mendapat balasan demikian?” Namun, jika engkau bisa mengundurkan waktu ke masa lalu, atau masa masa yang lalu, maka anda akan menemukan semua itu berhubungan dengan perbuatan diri sendiri pada masa masa yang lalu.

Dengan kata lain bahwa sekarang kita melakukan hal-hal yang jahat dan buruk, untuk waktu tertentu engkau harus membayarnya.

Pesan moral : Sebagai manusia yang hidup didunia yang fana ini, mulai sekarang janganlah melakukan hal-hal yang melanggar hati nurani, jadilah orang baik, tanamlah petak kebajikan demi diri sendiri dan anak cucu anda. Tinggalkan lebih banyak pahala di dunia ini, juga doa saya demi bapak yang tadi padi ditimpa kecelakaan semoga dia lekas sembuh, selamat dan sehat kembali.
»»  READMORE...

KISAH KUE KERANJANG

Sebentar lagi perayaan tahun baru Imlek tiba. Tradisi perayaan tahun baru Imlek juga tampak dari hidangan kue yang disajikan. Salah satu kue yang cukup populer pada saat perayaan tahun baru Imlek adalah kue keranjang bulat.

KUE bakul juga menjadi maka­nan wajib dan khas saat pera­yaan Imlek. Biasanya penganan yang disapa kue keranjang ini juga kerap digunakan menjadi persembahan di altar sembah­yang.

Dalam sejarah Tiongkok, kue berasa manis ini menjadi makanan populer di Tahun Ba­ru Imlek. Malah konon kabar­nya, orang Tionghoa di RRC sebelum makan nasi mereka biasanya memakan kue bakul dulu, terutama pada hari Ta­hun Baru. Maksudnya, agar ta­hun itu lebih baik dari tahun sebelumnya.

Menurut tradisi orang Ti­onghoa, ”tie kue” atau kue ba­kul ini dianggap penting dan dipergunakan untuk sajian di meja abu leluhur orang Ti­ong­hoa. Kue keranjang bukan hanya sekadar tradisi saja, namun ada kisah yang melatar belakanginya.

Zaman dahulu, rakyat Tiongkok percaya bahwa anglo ( tempat masak ) dalam dapur di setiap rumah ada dewa-nya yang dikirim oleh Yik Huang Shang Ti ( Raja Surga ). Dewa itu juga sering dikenal dengan sebutan Dewa Tungku, yang ditugaskan untuk mengawasi segala tindak tanduk dari setiap rumah dalam menyediakan masakan setiap hari.

Pada jaman dahulu kala, tersebutlah sepasang suami istri yang hidup serba berkecukupan. Sebut saja namanya Tuan Po dan Ny. Po. Sebelum kimpoi dengan Ny. Po, Tn. Po adalah orang yg hidup pas-pasan. Namun berkat rejeki yang dibawa oleh istrinya, perlahan-lahan usaha Tn. Po semakin maju.

Ny. Po adalah seorang yang berhati mulia dan selalu menolong orang yang kesusahan. Karena itulah ia dikaruniai rejeki yang besar oleh Dewa-dewa di langit. Kemanapun ia pergi, rejeki selalu mengikutinya. Bahkan ketika kimpoi dengan orang miskin, rejekinya pun menular ke suaminya sehingga menjadi kaya. Akhirnya usaha Tn. Po pun semakin maju dan mereka hidup bahagia.

Namun, sayangnya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Tn.Po pada dasarnya memang mempunyai watak egois dan suka menang sendiri. Sejak kehidupannya membaik, teman-temannya sering bergunjing di belakangnya bahwa kehidupannya tidak akan berubah kalau dia tidak kimpoi dengan istri yang membawa rejeki.

Sejak mendengar itu Tn.Po menjadi kesal kepada istrinya. Dia tidak percaya bahwa istrinya lah yang membawa rejeki kepadanya. Maka suatu hari ia berniat mencobai "rejeki" istrinya itu...

Dibawanyalah segenggam kacang tanah yg masih ada kulitnya kepada istrinya. Lalu dia mengadakan permainan memilih kacang, siapa yang memilih kacang yang isinya paling besar maka dialah yang menang. Dasar mau menang sendiri, Tn.Po pun mengambil kacang yang paling besar lebih dulu. Giliran Ny.Po, ia hanya memilih sembarangan.

Saat dibuka kulitnya, ternyata kacang yang dimiliki Tn.Po isinya sangat kecil, sedangkan kacang yang dipilih Ny.Po malah mempunyai isi yang padat dan lebih besar. Tidak puas dengan itu, Tn.Po pun mengulangi permainan itu berulang-ulang, namun selalu kalah terus karena memang rejeki istrinya yang sangat besar itu. Akhirnya Tn. Po menjadi sangat gusar dan diusirnya istri yang telah memberinya rejeki berkelimpahan itu dengan kejamnya.

Setelah diusir, Ny. Po menjadi sebatang kara dan mengembara. Suatu hari ia sedang berjalan melintasi sebuah gubuk reyot, ketika mendengar suara rintihan seorang wanita. Heran bercampur iba, iapun masuk ke gubuk itu. Ternyata didalamnya ada seorang nenek tua yang sedang sakit keras. Ny.Po segera merawat nenek itu seperti ibunya sendiri. Ternyata anak dari nenek itu tidak sempat mengurus ibunya karena harus bekerja di ladang. Karena hatinya yang sangat mulia, Ny.Po memutuskan untuk tinggal sementara disitu sampai nenek itu sembuh.

Singkat cerita, nenek itu pun sembuh dan akhirnya Ny.Po pun menikah dengan anak dari nenek itu. Dasar pembawa rejeki, tidak lama setelah pernikahannya, derajat kehidupan suami yang baru dinikahinya itu pun berangsur membaik. Dari buruh tani miskin akhirnya suaminya menjadi seorang petani kaya raya yang memiliki sawah luas dan hidup serba berkecukupan.

Suatu ketika terjadi musim paceklik yang hebat di wilayah itu, yang membuat banyak orang menderita kelaparan. Namun tidak demikian halnya dengan sawah yang dimiliki oleh Ny.Po yang terus menghasilkan di musim paceklik sehingga lumbung padinya selalu penuh terus. Terdorong oleh jiwa sosialnya yang sangat tinggi, maka Ny.Po membuka lumbungnya dan membagi-bagikan berasnya secara cuma-cuma kepada orang-orang yang membutuhkan. Setiap hari dari siang sampai sore ia membagi-bagikan beras di lumbungnya secara cuma-cuma.

Maka berduyun-duyunlah orang datang dari seluruh wilayah yang mengalami paceklik. Kabar itu juga sampai ke telinga Tn. Po yang sekarang sudah jatuh miskin karena rejekinya telah dibawa pergi oleh Ny.Po! Semenjak kepergian istrinya, satu persatu musibah datang menimpanya, akhirnya ia pun jatuh miskin dan kehilangan semua kekayaannya. Dalam keadaan miskin dan lapar ia pergi ke rumah yang menawarkan beras cuma-cuma itu, tanpa menyadari bahwa yang membagikan beras itu adalah istri tersayang yang sudah diusirnya....

Akhirnya ia pun sampai di antrian orang yang mengantri beras. Ny. Po menyerahkan urusan membagi beras itu kepada pesuruhnya, sehingga Tn.Po tidak melihatnya di situ. Namun dasar sial, Tn.Po selalu gagal mendapatkan jatah, karena jam pembagian beras selalu habis sebelum tiba gilirannya. Tiga hari berturut-turut selalu gagal mendapatkan beras, akhirnya Tn.Po pingsan menahan lapar.

Si pesuruh yang bertugas membagikan beras, segera membawanya ke belakang rumah, yaitu ke bagian DAPUR rumah itu. Mendengar ada orang pingsan, Ny.Po segera datang dan terkejut melihat bahwa orang yang pingsan di dapurnya itu adalah mantan suami yang dulu pernah mengusirnya....

Maka Ny.Po pun segera menyuruh pembantunya menyiapkan makanan untuk mantan suaminya. Ny. Po masih bingung dengan cara apa ia harus memberitahu identitas dirinya kepada Tn. Po. Ia harus melakukannya tanpa ketahuan orang lain. Akhirnya ia mendapatkan suatu cara, yaitu dengan menunjukkan cincin kimpoi lamanya kepada sang mantan suami. Ny.Po lalu mengambil cincin kimpoi lama yang masih disimpannya itu dan menyembunyikannya di bawah nasi di dalam mangkuk nasi yang akan diberikan kepada Tn. Po...

Malam itu, akhirnya Tn.Po sadar dari pingsannya. Si pesuruh yang telah menungguinya di dapur segera menyuruhnya makan. Ia pun ditinggal di dapur itu dan dibolehkan beristirahat di sana. Saat sedang menyendok nasinya, sendoknya terbentur oleh sebuah benda keras. Setelah diperiksa ternyata benda itu adalah sebentuk cincin, yang ternyata adalah cincin yang pernah diberikannya kepada mantan istrinya.

Saat itu pula ia tersadar bahwa orang baik hati yang telah memberinya makan di saat ia kelaparan adalah mantan istrinya yang dulu pernah diperlakukan secara kejam dan diusirnya semena-mena.

Saat itu juga timbul penyesalan dan rasa malu yang tiada terhingga menyerang dirinya. Sebelum menghabiskan makanannya, ia mengambil sebuah tali dan langsung menggantung dirinya sampai tewas di dapur itu.... Sejak itu lah orang percaya bahwa jiwanya selalu menghantui dapur di rumah itu dan juga dapur yang ada di rumah lainnya.

Akhirnya orang mulai menyembahyangi dia sebagai DEWA DAPUR (Cuo Sen) dan menganggapnya sebagai utusan dari Kaisar Langit ( Thian Ti ), pemimpin segala dewa, yang bertugas untuk menyelidiki perilaku setiap manusia di bumi melalui dapur rumahnya masing-masing.

Berkembang juga kepercayaan bahwa Dewa Dapur akan melaporkan hasil penyelidikannya itu kepada Kaisar Langit setiap menjelang Tahun Baru Imlek, tepatnya seminggu sebelum Imlek, yaitu tanggal 24 bulan 12 tahun Imlek. Agar sang Dewa Dapur tidak melaporkan hal-hal yang buruk-buruk kepada Kaisar Langit, maka ia perlu dijamu dan disuap dengan kue-kue, manisan, dan buah-buahan yang serba enak.

Dan salah satu kue yg sangat disenanginya adalah kue manis yang terbuat dari bahan beras ketan, yang kemudian disebut Nian Gao ( Kue Tahun Baru ) atau yang di Indonesia dikenal dengan nama Kue Keranjang atau Kue Manis.

Dalam menyajikan kue untuk Dewa Tungku, kue keranjang yang manis tersebut, juga ditentukan bentuknya yakni harus bulat. Hal ini bermakna, keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat berkumpul ( minimal ) satu tahun sekali, serta tetap menjadi keluarga yang bersatu, rukun, bulat tekad dalam menghadapi tahun baru yang akan datang. Tradisi ini pun dibawa terus secara turun temurun, sampai sekarang ini.

Seluruh warga menyediakan dodol manis yang disajikan dalam keranjang, yang disebut kue keranjang. Kue keranjang itu berbentuk bulat, mengandung makna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.

Kue keranjang disajikan di depan altar atau di dekat tempat sembahyang di rumah.Kue keranjang ( sering disingkat Kue ranjang) yang disebut juga sebagai Nian Gao yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula. Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib perayaan tahun baru imlek.
»»  READMORE...

Thursday, January 19, 2012

Jangan Takut, Jangan Pernah Menyesal

Alkisah, di sebuah dusun yang terpencil, tinggallah seorang pemuda yang ingin pergi mengembara ke negeri orang untuk mengubah nasib. Menjelang keberangkatan, muncul di hatinya perasaan takut, cemas, dan ragu. Untuk memantapkan tekadnya, pergilah si pemuda ini menghadap sesepuh marga atau panitua di dusun untuk meminta petunjuk, memohon restu, sekaligus berpamitan.

Mendengar niat pemuda ini, sang sesepuh dengan gembira berkata: "Anakku, rahasia kehidupan ini hanya terdiri dari enam kata. Dan hari ini aku berikan setengahnya dulu sebagai bekal kepergianmu." Lalu sang sesepuh menuliskan tiga kata, yaitu "Bu Yao Pa (jangan takut)!"

Waktu terus berjalan.. tidak terasa 30 tahun telah berlalu. Berbagai macam suka dan duka telah dijalani sang pemuda tadi. Dengan modal kata bijak "Jangan takut!", segala peluang dan tantangan dihadapinya dengan keyakinan dan penuh keberanian. Dengan sikap mental yang luar biasa seperti itu, akhirnya, ia berhasil mengubah nasibnya. Pemuda itu kini telah menjadi seorang yang sukses serta sangat terpandang di negeri itu.

Namun dalam segala keberhasilannya, ia merasa ada sesuatu yang kurang sempurna dan ia menyesal mengapa tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Ia berusaha keras mencari tahu apa penyebabnya, tetapi pikirannya justru bertambah kacau dan tidak terarah. Saat dalam kegamangan itulah ia teringat dengan sang sesepuh yang telah memberinya tiga kata bijak. "Bukankah beliau masih menyimpan tiga kata bijak lagi yang dijanjikan akan diberikannya kepadaku?" gumannya.

Maka ia pun memutuskan pulang kembali ke desanya dahulu untuk menemui sang sesepuh untuk meminta sisatiga kata yang dijanjikan. Sayangnya, sesampai di desa, sang sesepuh ternyata telah meninggal dunia. Tetapi ada sepucuk surat wasiat yang ditinggalkan untuknya. Rupanya sang sesepuh sudah memperkirakan bahwa kelak suatu hari pemuda itu pasti akan kembali. Secepatnya dibukalah surat wasiat itu, dan di dalamnya berisi pesan tiga kata: "Bu Hou Hui (jangan pernah menyesal)!"

Begitu selesai membaca kata-kata itu, secara spontan perasaan menyesal yang membebaninya selama ini langsung hilang, perasaannya menjadi ringan dan gembira.


Sungguh berbobot enam kata bijak tadi. Jangan takut, dan jangan pernah menyesal. Tidak terkecuali, Anda, saya dan kita semua juga membutuhkan enam kata bijak tadi. Jika ingin menciptakan kehidupan yang lebih baik, mau mengubah harapan menjadi nyata, pasti, kita membutuhkan tiga kata bijak pertama: "jangan takut". Kata bijak ini mengandung motivasi yang dapat melahirkan kekuatan keberanian untuk bertindak. Jangan takut menentukan cita-cita yang tinggi! Jangan takut mencoba dan memulai! Jangan takut menerima tantangan! Jangan takut memeras keringat! Jangan takut mengemban tanggung jawab yang lebih besar!

Namun ada kalanya, hasil perjuangan tidak sesuai dengan harapan. Hambatan demi hambatan seolah memang diciptakan untuk menghadang kita. Perjuangan pun bisa gagal total. Ini bisa membuat kita merasa diliputi ketidak puasan, kecewa, penyesalan.Pada titik seperti ini, tiga kata bijak berikutnya: "jangan pernah menyesal", bisa menjadikunci kebangkitan kita. Buang jauh-jauh pikiran negatif. Penyesalan tidak akan dapat mengubah apapun, malah hanyamembebani dan menghambat langkah kita ke depan.

Mampu menerima hasil perjuangan apa adanyaadalah bijaksana, tetapi mau tetap bangkit dengan apa adanya kita hari ini adalah luar biasa!!! Selama kita telah berjuang memberikan yang terbaik dari yang kita miliki, apa pun hasilnya, sukses atau gagal, yang pasti semangatperjuangan itu telah memiliki nilai kesuksesan tersendiri...

Jangan takut ! Jangan pernah menyesal!
»»  READMORE...

Hukum Karma

Dua orang Perempuan masing2 sedang membuat Kue..

Perempuan pertama memiliki bahan2 yang memprihatinkan :
Terigu tua yang lumutan, sehingga gumpalan2 hijaunya harus ditampi terlebih dahulu..
Mentega yang diperkaya Kolesterol yang sudah agak masam..
Dia harus menyisihkan bongkahan2 cokelat dari gula pasirnya (karena seseorang telah menyendok dengan sendok basah bekas mengaduk kopi)
Satu2nya Buah yang dipunyainya adalah Kismis purba, sekeras Uranium..
& Dapurnya bergaya 'Pra Perang Dunia' entah Perang Dunia yang mana..

Perempuan Kedua memiliki bahan2 terbaik :
Tepung terigu murni hasil cocok tanam Organik, dijamin bukan hasil rekayasa genetik..
Dia punya mentega bebas kolesterol, gula pasir & Buah2 an segar, langsung dari Kebun sendiri..
& Dapurnya adalah Dapur Mutakhir, dengan segala peralatan Modern..

Perempuan mana yang membuat Kue yang lebih enak?

Acap kali, bukan orang yang memiliki bahan2 terbaiklah yang dapat membuat Kue terbaik..
Ada yang lebih dari sekedar bahan baku..
Kadang2 orang dengan bahan2 yang mengenaskan mengerahkan segenap daya, Perhatian & Cintanya untuk memanggang kuenya,
Sehingga menghasilkan Kue yang terlezat..
Apa yang kita lakukan dengan bahan2 lah yang membuat Kue jadi berbeda..

Saya punya beberapa teman yang memiliki bahan2 yang menyedihkan dalam hidupnya :
Mereka lahir dalam kemiskinan,
Korban kekerasan terhadap anak,
Tidak pintar di sekolah,
Mungkin cacat & tidak mahir berolahraga..
Namun segelintir Kualitas yang mereka miliki diracik dengan begitu Baik,
Sehingga menghasilkan KUE yang begitu mengagumkan..
Saya betul2 mengagumi mereka..
Kenalkah Anda dengan orang2 seperti ini?

Saya juga punya beberapa teman yang memiliki bahan-bahan terbaik untuk menjalani hidup mereka..
Keluarga mereka berkecukupan & penuh Kasih Sayang..
Mereka cerdas di sekolah,
Berbakat dalam Olahraga,
Berpenampilan menarik & terkenal,
Namun mereka menyia-nyiakan masa mudanya dengan obat-obatan terlarang atau alkohol..
Kenalkah Anda dengan orang2 seperti ini?

Setengah dari KARMA adalah bahan-bahan yang kita miliki..
Setengah sisanya,
Bagian yang paling menentukan adalah :
Apa yang kita lakukan dengan bahan-bahan tersebut dalam hidup ini..

(AJAHN BRAHM)
»»  READMORE...

Wednesday, January 18, 2012

ASAL USUL ANGPAO

Menerima angpao dari orang yang lebih tua pada Hari Tahun Baru Imlek merupakan saat yang paling membahagiakan bagi anak-anak di awal tahun. Sejak lama, warna merah melambangkan kebaikan dan kesejahteraan di dalam kebudayaan Tionghoa. Warna merah menunjukkan kegembiraan, semangat yang pada akhirnya akan membawa nasib baik. Angpao sendiri adalah dialek Hokkian, arti harfiahnya adalah bungkusan / amplop merah. Namun apakah Anda mengetahui asal usul tradisi angpao ini? Terdapat cerita menarik di baliknya.

Menurut legenda, pada zaman dahulu ada setan menakutkan yang disebut “Sui.” Setiap tahun pada malam tahun baru, setan itu akan datang untuk menyentuh kepala anak-anak yang sedang tidur sebanyak tiga kali. Karena ketakutan, si anak biasanya akan menangis keras, yang disusul dengan gejala sakit kepala, demam, dan mulai mengoceh tak karuan. Dan ketika gejala-gejala ini menghilang, anak tersebut akan menjadi bodoh.

Karena khawatir si iblis Sui akan mengganggu anak-anak mereka, para orang tua pun berjaga-jaga sepanjang malam tahun baru, dengan tetap menyalakan penerangan untuk mengusir setan. Ini adalah asal usul dari budaya “tetap terjaga” di malam Tahun Baru.

Sedangkan di sebuah kota bernama Jiaxing, terdapat sebuah keluarga bermarga Guan, yang baru memiliki anak di masa tuanya. Sehingga anak tersebut menjadi sangat disayang oleh orang tuanya.

Pada saat malam tahun baru, karena takut iblis Sui akan datang, mereka membuat sang anak terjaga juga. Dan supaya anak itu tetap terjaga, mereka memberinya delapan koin untuk dimainkan. Anak itu pun segera asyik memainkan koin, ia membungkus koin dengan kertas merah, membuka bungkusan, dan kemudian membungkus dan membukanya lagi, berulang-ulang sampai dia kelelahan hingga akhirnya tertidur, dengan delapan koin yang dibungkus kertas merah itu tergeletak di samping bantalnya. Sedangkan pasangan suami istri Guan duduk di tempat tidur untuk tetap menjaga sang anak.

Pada tengah malam, berhembus angin kencang sehingga membuka pintu dan mematikan lampu. Dan tepat ketika si setan hendak mengulurkan tangannya untuk menyentuh kepala anak itu, berkas cahaya perak yang menyilaukan, memancar keluar dari paket merah. Setan itu pun takut dan melarikan diri.

Keesokan harinya, pasangan itu menuturkan tentang kejadian semalam kepada semua tetangga mereka. Sejak saat itu, mereka pun mulai melakukan hal yang sama. Dan sejak saat itu pula, anak-anak telah menjadi aman dan sehat tanpa masalah.

Ternyata delapan koin tersebut adalah perwujudan dari Delapan Dewa yang diam-diam datang untuk melindungi anak itu. Oleh karena itu orang-orang Tionghoa zaman dahulu menyebut uang yang dibungkus kertas merah ( angpao ) tadi sebagai “uang keberuntungan di hari Tahun Baru.”

Namun seiring dengan perubahan masyarakat dan hilangnya budaya tradisional, “uang keberuntungan” telah kehilangan makna aslinya di Tiongkok. Anak-anak di masa kini justru berlomba-lomba untuk mendapatkan uang paling banyak pada Hari Tahun Baru. Dan jika si pemberi hanya memberikan sedikit, mereka menjadi kurang senang dan tidak respek lagi terhadap orang tersebut.

Selama bertahun-tahun, jumlah uang dalam bungkusan merah (angpao) telah menjadi berlipat-kali dari asal mulanya yang hanya sebuah koin. Namun kini angpao sudah tidak lagi dipakai untuk menangkal kejahatan, malah tampaknya justru sedang mendorong anak-anak menuju mentalitas serakah. Semoga saja suatu hari nanti, “uang keberuntungan” di dalam angpao, kembali membawa perdamaian dan keberuntungan bagi anak-anak.
»»  READMORE...

TRADISI MENGGANTUNGKAN LAMPION IMLEK

Tahun Baru Imlek adalah salah satu hari raya Tionghoa tradisional, yang dirayakan pada hari pertama dalam bulan pertama kalender Tionghoa, yang jatuh pada hari terjadinya bulan baru kedua setelah hari terjadinya hari terpendek musim dingin. Hari raya ini juga dikenal sebagai 春節 Chūnjié ( Festival Musim Semi ), 農曆新年 Nónglì Xīnnián ( Tahun Baru ), atau 過年 Guònián.
Lampion merah digantung selama perayaan Tahun Baru Imlek sebagai makna keberuntungan

Pada masa akhir Dinasti Ming, Li Zicheng, pemimpin pemberontak, bersama tentaranya sedang mempersiapkan diri untuk menguasai kota Kaifeng. Demi mendapatkan informasi yang akurat, Li menyamar sebagai penjual beras masuk ke Kaifeng. Setelah mendapat gambaran yang jelas, maka Li menyebarkan berita untuk kalangan rakyat jelata bahwa tentara pemberontak tidak akan mengganggu setiap rumah yang menggantung lentera merah di pintu depan.

Sekembalinya Li ke markas, dia membuat rencana penyerangan. Para penjaga kota Kaifeng mulai mendapat serangan gencar dari tentara Li dan membuat mereka kewalahan. Tidak berdaya membuat pasukan penjaga kota Kaifeng mengambil jalan pintas membuka bendungan dengan harapan tentara Li tersapu banjir dan hancur.

Namun banjir juga melanda rumah penduduk.

Banyak orang yang berusaha menyelamatkan diri naik ke atap rumah. Bagi rakyat jelata, mereka hanya membawa lentera merah. Sedangkan kaum bangsawan dan pejabat berusaha menyelamatkan harta benda.

Banjir terus meninggi dan membuat orang-orang mulai putus asa.

Demi melihat penderitaan yang akan dialami banyak rakyat jelata, Li memerintahkan anak buahnya menyelamatkan rakyat dengan rakit dan perahu. Yang membawa lentera merah tentunya.

Untuk memperingati kebaikan hati Li dalam menyelamatkan rakyat jelata, maka bangsa Tionghoa selalu menggantung lentera merah pada setiap perayaan penting, seperti Perayaan Tahun Baru Imlek.
»»  READMORE...

TRADISI IMLEK MENEMPEL DEWA PENJAGA PINTU

Kebiasaan menempel gambar Dewa Penjaga Pintu pada hari-hari Tahun Baru Imlek bermula pada Dinasti Han. Sejak masa Dinasti Tang, Jenderal Qin Shubao dan Yuchi Jingde yang mengabdi kepada Kaisar Li Shimin dikenal sebagai Dewa Penjaga Pintu.

Legenda mengatakan bahwa pada masa Dinasti Tang terdapat seorang peramal yang hebat dan sangat tepat dalam meramal, terutama dalam hal perikanan.

Keahlian tersebut merisaukan Raja Naga yang menguasai Sungai Jing. Pada awalnya Raja Naga ingin melenyapkan peramal tersebut, namun setelah mendapat nasehat sang Raja Naga berkeinginan mempermalukan sang peramal.

Maka Raja Naga naik ke darat dan menjelma menjadi manusia menemui peramal tersebut. Raja Naga menantang sang peramal untuk meramal kapan jatuhnya hujan. Jika ramalan tepat akan diberi hadiah 50 keping perak. Jika salah, semua peralatan ramal yang dimiliki akan dihancurkan dan sang peramal tidak diperbolehkan meramal sepanjang hidupnya.

Sang peramal mengatakan bahwa besok akan turun hujan dan juga meramalkan besarnya hujan tersebut beserta waktunya. Sang Raja Naga merasa kemenangan di depan mata karena semua urusan mendatangkan hujan adalah wewenangnya. Namun pada saat dia kembali, utusan Kaisar Langit datang membawa perintah agar Raja Naga menurunkan hujan, tepat seperti yang dikatakan oleh sang peramal.

Karena tidak ingin mengakui kekalahan, maka Raja Naga mengubah waktu dan jumlah hujan yang diturunkan. Setelah menurunkan hujan, Raja Naga lalu menemui sang peramal dan mulai menghancurkan peralatan ramal yang ada. Raja Naga mengatakan bahwa ramalan yang diberikannya tidak benar.

Dengan tenangnya sang peramal berkata bahwa sejak awal dia sudah mengetahui bahwa yang datang adalah Raja Naga. Dan Raja Naga sendiri yang merubah waktu dan besar hujan yang diturunkannya sehingga membuat Kaisar Langit marah dan menjatuhkan hukuman mati kepada Raja Naga.

Raja Naga langsung tertegun mendengar hal itu. Akhirnya dia memohon agar sang peramal bersedia menyelamatkan dirinya. Sang peramal mengatakan agar Raja Naga pergi meminta bantuan Kaisar Li Shimin agar terus menemani Perdana Menteri Wei He, yang diutus untuk membunuh Raja Naga, hingga tengah malam.

Sang Kaisar bersedia menemani Wei He bermain catur hingga larut malam. Dan membuat Wei He tertidur. Kaisar Li merasa Wei He tidak akan dapat melakukan tugasnya karena telah tertidur. Namun dalam tidurnya, Wei He mendatangi Raja Naga dan memberikan hukuman.

Arwah dari Raja Naga sangat marah dan menganggap Kaisar Li lalai sehingga dia terus mengganggu tidur sang kaisar setiap malam. Dua orang jenderal, Qin Shubao dan Yuchi Jingde, yang melihat penderitaan sang kaisar bersedia menjaga semalam suntuk di depan kamar tidur kaisar agar kaisar dapat tidur nyenyak.

Dengan adanya dua orang jenderal tersebut, sang kaisar dapat tidur dengan tenang dan nyenyak.

Pada keesokan harinya sang kaisar sangat berterima kasih kepada dua jenderal tersebut. Namun dia menyadari bahwa tidak mungkin terus menerus meminta Jenderal Qin dan Yuchi agar terus berjaga setiap malam. Akhirnya sang kaisar memiliki ide dengan menggambar kedua jenderal dan menempelkannya di depan pintu kamar.

Lama kelamaan kebiasaan kaisar ini tersebar luas dan menjadi sebuah kebiasaan di kalangan bangsa Tionghoa. Sehingga Jenderal Qin dan Yuchi dikenal sebagai Dewa Penjaga Pintu.
»»  READMORE...

MEMBERSIHKAN RUMAH SAAT IMLEK

Mengapa Orang Cina membersihkan rumah ketika Tahun Baru Cina akan datang ?
Kebiasaan membersihkan rumah pada tanggal 23 dan 24 itu adalah berasal dari legenda bahwa jaman dahulu itu manusia memiliki dewa yang disebut san shi shen yang mengikuti manusia bagaikan bayangan. Dewa ini adalah dewa yang rese serta suka mengadu yang tidak-tidak kepada Kaisar Jade.

San Shi Shen suka menghitamkan manusia. Dia sering difitnah orang di depan Kaisar Jade, raja dari semua dewa-dewa Cina, dan membuat Kaisar Jade percaya dunia pria itu adalah tempat berkembang biak kejahatan dan kekotoran.

Suatu hari, Shan Shi Shen melaporkan kepada Kaisar Jade bahwa manusia mengutuk dia dan ingin menggulingkan kekuasaannya. Kaisar Jade demikian marah. Dia segera memerintahkan Shan Shi Shen untuk membuat tanda di rumah yang menyinggung dia, catatan kejahatan mereka dengan menandai rumah-rumah para pelanggar dengan sarang laba-laba.

Lalu ia memerintahkan Wang Ling Guan, dewa di surga untuk turun ke dunia manusia pada malam Tahun Baru Cina dan membunuh mereka yang ada sarang laba-laba di bawah atap mereka. Shan Shi Shen sangat senang. Dia menandai semua rumah dengan sarang laba-laba. Dewa Dapur yang berada di rumah datang untuk mengetahui niatnya dan mendengar hal ini amat sangat terkejut dan membuat suatu rencana bahwa pada tgl 23 hingga tgl 30 ( hari menjemput Zhao Jun ) semua orang harus membersihkan rumah dari segala macam kotoran dan harus sudah bersih sebelum pada tgl.30.

Jika rumah itu tidak cukup bersih, Dewa Dapur akan menolak memasuki rumah. Kemudian pada malam Tahun Baru Cina tgl 30 ketika Wang Ling Guan datang, ia terkejut menemukan bahwa dunia manusia itu harmonis, damai dan bersih dan tidak ada sarang laba-laba. dan orang-orang bersembayang kepada para leluhur serta meminta perlindungan untuk tahun depan, semoga tahun yang baru membawa harapan yang baru ( Xin Nian Ru Yi ). Dia kembali ke Surga dan melaporkan apa yang telah dilihatnya pada Kaisar Jade, yang kemudian menyadari Shan Shi Shen telah berbohong padanya. Akhirnya, Shan Shi Shen diperiksa serta digampar mulutnya sebanyak 300 kali dan menghukumnya di penjara langit selama-lamanya.

Setelah mengantar Dewa, orang-orang China akan mulai menyapu rumah. Di Cina, itu adalah konvensi untuk melakukan pembersihan menyeluruh rumah sebelum Festival Musim Semi. Jika Anda melakukan perjalanan di seluruh China pada waktu itu, Anda akan menemukan seluruh negeri, pria dan wanita, tua dan muda, sibuk dengan membersihkan rumah, mencuci apapun yang dapat dicuci seperti semua macam peralatan, semua seprai dan gorden, dll membersihkan sering berlangsung selama beberapa hari.

Anda mungkin bingung tentang mengapa itu berlangsung begitu lama. Hal ini karena membersihkan rumah melambangkan menyingkirkan nasib buruk lama untuk membuat jalan bagi masa depan yang baik baru. Oleh karena itu, orang Cina membayar perhatian khusus untuk itu. Mereka sering melakukan pembersihan secermat mungkin.

Selain itu, Anda mungkin mendapatkan perasaan halus bahwa orang-orang Tionghoa yang membuat upaya besar mereka untuk menyambut Festival Musim Semi datang suci.

Membersihkan rumah, mencat dan memperbaiki rumah selama 6 hari adalah hal yang dapat dikatakan kita juga merawat rumah yang telah kita diami selama setahun itu. Kebiasaan membersihkan rumah ini menurut catatan kitab kuno Lu Si Cun Qiu sudah ada sejak jaman pemerintahan Yao dan Sun.
»»  READMORE...

MENDIDIK ANAK TANPA KEKERASAN

Alkisah di negeri tiongkok kuno, tinggallah seorang ayah yang sangat bijaksana, beserta anak lelakinya disuatu desa yang damai. Sang ayah sangat menyayangi anak lelaki, namun dalam mendidik anaknya sang ayah tidak pernah memarahinya ataupun menggunakan kekerasan.

Pada suatu hari, sang ayah mengajak sang anaknya ke kota untuk membeli kuda.

Mereka pun menumpang kereta kuda dari desa ke kota, karena jarak antar desa ke kota sangat jauh, tanpa merasa lelah, dan sang anak sangat senang karena baru kali ini lah dia menuju ke kota.

Sesampainya di kota, sang anak yang begitu gembira terus melihat sekeliling kota, dia menoleh ke kiri dan ke kanan, dan tanpa disadari, dia melihat ada pertunjukkan drama di tengah kota, dan timbullah niat untuk menonton pertunjukkan tersebut. Dia pun memisahkan diri dari ayahnya yang berjalan didepannya menuju ke pasar kota.

Hari sudah semakin siang, sang ayah terlihat panik mencari sang anak kesana kemari, setelah mengetahui anaknya tidak ada dibelakangnya. Dia begitu gelisah, semua liku pasar di kota tersebut pun di laluinya demi mencari anak kesayangannya itu. Akhirnya, dalam kebingungannya, dia duduk disebuah taman kota didekat pasar, dengan pandangan kosong. Tanpa disadarinya sang anak yang telah menonton pertunjukkan drama pun menghampiri ayahnya. Melihat anaknya datang sang ayah begitu gembira dan berkata :

“Darimana kamu dari tadi nak, ayah menelusuri seluruh pasar ini tapi tidak menemuhi mu”

“Saya mengikuti ayah dari belakang, namun karena ayah begitu cepat jalannya, saya pun tertinggal dan tersesat ayah” Kata anaknya berbohong.

Sang ayah yang mengetahui anaknya bohong, pun tersenyum dan berkata : “Baiklah, aku sebagai ayah tidak mampu menjagamu, bahkan sampai kamu tersesat, mari kita pulang ke rumah, hari sudah semakin sore. Kamu naikilah kuda yang baru ayah beli, ayah akan berjalan kaki untuk merenungi kesalahan ayah”

Sang anak yang begitu terkejut mendengar jawab sang ayah, bermaksud ingin bicara, namun ayahnya telah berjalan kedepan menuju ke rumahnya didesa. Dalam penyesalannya sang anak melihat sang ayah yang berjalan penuh peluh di mukanya, terus berjalan menuju kedesa, untuk menemani ayah, sang anak memperlambat laju kuda yang dikendarainya.

Berjam-jam sang ayah berjalan menuju ke desa, dan dengan penuh isak tangis sang anak pun turun dari kuda, dan menuntun ayahnya untuk menaiki kuda, sambil berkata, “Saya tahu saya salah, saya telah berbohong, tolong jangan siksa diri ayah lagi, naik lah ke atas kuda ayah” Ayahnya tersenyum sambil memeluk anak kesayangannya itu.

Pesan moral : Kekerasan tidak bisa dihadapin dengan kekerasan, namun kekerasaan harus dihadapin dengan kelembutan, pepatah yang sangat menarik, mencerminkan pribadi sang ayah dalam cerita diatas, dalam mendidik anak dipenuhi oleh kasih sayang, mendidik tanpa kekerasan, sungguh suatu kebijakan yang patuh kita contoh. Andai saja kita mampu menirunya, tentu dunia ini akan dipenuhi kebahagiaan
»»  READMORE...

Kata-kata kasar

Saya bersenggolan dengan seorang yang tidak dikenal ketika ia lewat. “Oh, maafkan saya” adalah reaksi saya. Ia berkata, “Maafkan saya juga; Saya tidak melihat Anda.” Orang tidak dikenal itu, juga saya berlaku sangat sopan. Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.

Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita kasihi, tua dan muda.

Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya membuatnya jatuh. “Minggir,” kata saya dengan marah. Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya. Ketika saya berbaring di tempat tidur, dengan halus Tuhan berbicara padaku,

“Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi, sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan beberapa kuntum bunga dekat pintu.” “Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu.” Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes.

Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, “Bangun, nak, bangun,” kataku. “Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku?” Ia tersenyum, ” Aku menemukannya jatuh dari pohon. ”
“Aku mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru.” Aku berkata, “Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu; Ibu seharusnya tidak membentakmu seperti tadi.” Si kecilku berkata, “Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu. ” Aku pun membalas, “Anakku, aku mencintaimu juga, dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru.”

Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok, perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka. Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam kepada pekerjaan kita ketimbang keluarga kita sendiri, suatu investasi yang tentunya kurang bijaksana, bukan?

Jadi apakah anda telah memahami apa tujuan cerita di atas?

Apakah anda tahu apa arti kata KELUARGA?



Dalam bahasa Inggris, KELUARGA = FAMILY.
FAMILY = (F)ather (A)nd (M)other, (I), (L)ove, (Y)ou
»»  READMORE...

Maaf dan Ampunan - Kesadaran, Kepasrahan dan Keterpaksaan

Pagi tadi saya terbangun terlalu awal. Namun demikian, rutinitas ritual bangun pagi tetap berlanjut, berdoa, mematkan lampu taman belakang, menyalakan lampu ruang utama, mengambil handuk dan mandi. Sebelum mandi, seperti biasa saya duduk di toilet.

Tiba-tiba saja terlintas dalam benak saya hal-hal yang berkaitan dengan maaf dan ampunan dalam hubungannya dengan kesadaran, kepasrahan, dan keterpaksaan.

Berkelana dalam renungan singkat itu akhirnya bermuara pada beberapa bentuk:

Apabila pihak yang bersalah (nyata bersalah):dan berniat menyesalinya:
- Meminta maaf dan ampunan secara sadar, bagaimanakah dengan suasana hatinya (malu dan tertunduk, biasa saja, loyo dan lemas, muka tegak dan merasa diri gentle di depan khalayak, bahagia karena sudah berhasil mengalahkan ego pribadinya, atau akan dinilai gentle dan harga diri terangkat, bahagia karena sebagian rasa bersalah sudah berhasil dilepas, tidak mendendam dan tidak sakit hati, tidak malu karena sudah berani mengakui dan meminta maaf, memastikan menjadi bahan renungan untuk perbaikan, yakin semua pihak bahagia dan tidak ada yang malu, menjadi lecutan untuk perbaikan diri, bahagia karena toh manusia tidak sempurna dan hanya sebagian pihak yang tahu kesalahannya, atau ribuan suasana hati lain-lainnya)? Akankah benar menyesalinya dan tidak mengulanginya?
- Meminta maaf dan ampunan secara pasrah (karena ketidakberdayaan terhadap situasi dan/ atau pihak lainnya), bagaimanakah dengan suasana hatinya? Akankah benar menyesalinya dan tidak mengulanginya?
- Meminta maaf dan ampunan secara terpaksa, (karena suatu bentuk pemaksaan atau demi alasan lain), bagaimanakah dengan suasana hatinya? Akankah benar menyesalinya dan tidak mengulanginya?
- Tidak meminta maaf dan ampunan (walaupun sadar bersalah dan berniat menyesalinya), bagaimanakah suasana hatinya?Akankah menyesalinya dan tidak mengulanginya?

Sedangkan pada pihak yang kedua, yang berniat memaafkan dan mengampuninya.
- Memaafkan sudah dari awal (sebelum diminta maafnya), entah karena sadar baiknya begitu, atau pasrah karena merasa yang baik mestinya begitu, atau terpaksa karena yang baik mengatakan begitu, bagaimanakah suasana hatinya (lega, karena sudah berhasil mengalahkan ego pribadinya, merasa diri tanpa beban dan tanpa tersakiti dan bahagia, sakit namun bahagia karena suatu bentuk pelayanan yang maksimal, bangga akan kekuatan dan kebesaran jiwa, ringan karena permasalahan sudah nol-nol, senang karena pihak yang meminta maaf (dengan bermacam bentuk suasana hati) sudah sadar akan kesalahannya dan menyesalinya, senang karena mampu memberikan contoh mana yang benar dan yang salah, percaya bahwa pihak yang lain setidaknya sudah mendapatkan pelajaran untuk perbaikan, bahagia karena yakin semua pihak akan bahagia tanpa rasa malu, bahagia karena percaya bahwa memaafkan terlebih dahulu akan lebih mudah bagi semua pihak menyelesaikan masalah dan mencegah berulangnya masalah, ataukah ribuan suasana hati lain-lainnya?Akankah benar tulus memaafkan dan apakah harapannya?
- Memaafkan setelah diminta maaf, entah karena sadar baiknya begitu, atau pasrah karena merasa yang baik mestinya begitu, atau terpaksa karena yang baik mengatakan begitu, bagaimanakah suasana hatinya? Akankah benar tulus memaafkan dan apakah harapannya?
- Memaafkan meski kapanpun tidak pernah diminta maaf, entah karena sadar baiknya begitu, atau pasrah karena merasa yang baik mestinya begitu, atau terpaksa karena yang baik mengatakan begitu, bagaimanakah suasana hatinya? Akankah benar tulus memaafkan dan apakah harapannya?
- Memaafkan setelah sekian waktu berlalu, entah karena sadar baiknya begitu, atau pasrah karena merasa yang baik mestinya begitu, atau terpaksa karena yang baik mengatakan begitu, bagaimanakah suasana hatinya? Akankah benar tulus memaafkan dan apakah harapannya?
- Tidak memaafkan (walaupun berniat memaafkan) jika tidak diminta maaf, bagaimanakah suasana hatinya? Akankah benar tulus memaafkan dan apakah harapannya?

Yang mana yang dipilih?
»»  READMORE...

Tuesday, January 17, 2012

AKIBAT SELALU MERASA TIDAK PUAS

Dahulu ada 500 saudagar berkumpul, mereka akan mencari harta karun dilaut, diantara mereka ada seorang yang sangat pintar yang bernama Milan, dialah yang menjadi pemimpin kelompok ini. Naas, suatu hari ombak bergulung sangat tinggi dan menghancurkan kapal. Semua penumpang kapal terlempar ke laut dan menjadi santapan ikan hiu ganas; hanya Milan sendiri yang dapat menyelamatkan diri dengan bergantung pada sepotong papan.

Milan dengan erat menggenggam papan tersebut dan terapung-apung dilautan, dan terdampar disebuah pulau yang bernama “Pimo”. Setelah beristirahat sebentar dipantai, dia memperhatikan sekeliling pulau tersebut, terlihat adalah sebuah jalan, dia mengikuti jalan tersebut terus berjalan terlihat ada sebuah istana yang terbuat dari perak, dikelilingi oleh taman ditengah taman ada sebuah danau yang airnya sangat jernih dan tenang.

Dari dalam istana perak berjalan keluar seorang wanita cantik yang bagaikan dewi, berbaju merah dan berambut pirang keemasan menyambut Milan dan berkata, “Syukurlah tuan sudah terhindar dari bahaya dan telah bersusah payah ditengah laut, sekarang kami mengundang tuan tinggal disini, di istana ini ada berbagai harta karun, sekarang adalah milik tuan, mulai saat ini saya akan mematuhi semua perintah tuan, tolong tuan jangan pergi ketempat lain lagi.”

Milan masuk kedalam istana, keadaan didalam istana sangat mewah, dia dilayani oleh wanita cantik ini, menjalani kehidupan yang sangat bahagia. Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat, seribu tahun telah berlalu.

Pada suatu hari Milan berpikir, “Kenapa saya tak boleh pergi ketempat yang lain, ada apa sebenarnya?”

Pada suatu hari, diam-diam Milan meninggalkan istana perak, setelah berjalan lama dia melihat sebuah istana yang terbuat dari emas.

Dari istana itu keluar 2 orang wanita cantik, lebih cantik dari wanita yang tinggal diistana perak, mereka juga menyuruhnya tinggal disana dan akan melayaninya. Tanpa sadar Milan sudah tinggal di istana emas ini beberapa ribu tahun.

Pada suatu hari, Milan berpikir, “Kenapa para wanita cantik ini tidak ingin saya pergi ketempat yang lain, ada apa sebenarnya?”

Akhirnya ketika tengah malam para wanita ini sedang tidur nyenyak Milan lari keluar dari istana emas, setelah berjalan jauh dia melihat sebuah istana Kristal.

Dari istana Kristal ini keluar 4 wanita cantik yang lebih cantik dari para wanita istana emas. Mereka membawa Milan masuk kedalam istana Kristal, menunjukkan berbagai harta karun, yang selama hidupnya belum pernah disaksikan oleh Milan. Para wanita cantik ini juga melayani segala keperluan Milan dengan teliti, hanya mereka tidak mengizinkan Milan meninggalkan tempat itu.

Setelah ribuan tahun berlalu Milan merasa bosan, dan lari dari tempat itu. Sekali ini dia menjumpai sebuah istana yang terbuat dari kaca, dari dalam istana keluar 16 wanita cantik menyambutnya masuk ke istana. Dalam hal istana, kemewahan dan harta karun, kecantikan para wanita jauh lebih bagus dan cantik daripada istana-istana terdahulu. Setelah tinggal di istana kaca ribuan tahun kemudian Milan sekali lagi kabur dari tempat itu.

Sekali ini dia sampai disebuah istana yang terbuat dari besi, pintu istana terkunci rapat, tidak terlihat orang yang menyambutnya. Milan berpikir didalam hatinya,”Yang pertama 1 wanita cantik, yang kedua 2 wanita cantik, yang ketiga 4 wanita cantik, yang terakhir 16 wanita cantik, kenapa sekarang tidak ada seorang wanita cantikpun yang menyambutnya? Mungkinkah tempat ini lebih mewah dan hebat dari semua tempat yang pernah saya tinggali oleh sebab itu tidak ada orang yang menyambutku? Sambil berpikir demikian dia berjalan mengelilingi istana ini.

Pada saat ini dia melihat penjaga membuka pintu istana. Milan memasuki istana, setelah berada didalam istana dia melihat ada seorang hantu yang diatas kepalanya ada roda yang berputar dengan cepat. Ketika melihat kedatangan Milan, ia mencopot roda yang sedang berputar diatas kepala hantu itu memasangnya diatas kepala Milan.

Roda berputar dengan kencang, seperti dibakar oleh api, otak Milan bagaikan tercecer keluar, sangat menyakitkan. Sambil menangis Milan berkata, “Dari 1, menjadi 2, dari 2 menjadi 4, dari 4 menjadi 16, saya berpikir dapat menikmati yang lebih bagus lagi tidak disangka mendapatkan penderitaan seperti sekarang ini, semua ini karena sifat serakah saya yang tak pernah puas! Saya ingin bertanya, sampai berapa lama saya harus menanggung penderitaan seperti ini?”

Hantu itu menjawab, “Seberapa lama engkau telah menikmati kehidupan mewah, maka akan seberapa lama engkau akan menangggung penderitaan ini.” Oleh sebab itu, Milan harus menanggung sampai 6 milliard tahun untuk membayar semua itu.

Pesan moral : Manusia harus tahu bersyukur, walaupun terhadap uang dan harta benda janganlah terlalu serakah, karena nasib seseorang sudah ditentukan, menikmati sesuatu yang bukan didapat dengan jerih payah dan hasil keringat sendiri, akhirnya keserakahan ini hanya akan memusnahkan diri sendiri. ( Hui )
»»  READMORE...

Monday, January 16, 2012

MenyelamatKan Putri Naga Bag.2

Putri Naga, anak ketiga Raja Naga Danau Dong Ting, telah dinikahkan dengan Pangeran Naga Sungai Jinghe yang kejam, bengis, tak berperasaan dan keras kepala, serta telah mengusirnya dari istana.

Liu Yi, seorang pelajar muda yang mendengar tangisan derita pilu Putri Naga merasa iba dengan penderitaan putri.

Dia mendengarkan kisahnya dan menyadari bahwa hanya dia satu-satunya yang dapat membawa pesan Putri Naga kepada ayahnya, Raja Naga Danau Dong Ting.

Sebagai seorang yang budiman, Liu mengesampingkan kepentingan pribadinya untuk mengikuti ujian negara kelulusan calon pejabat pemerintah di Beijing, dikarenakan kemurnian hatinya ia segera mengubah perjalanannya mengantarkan pesan Putri Naga yang ditulis dengan darah pada sobekan kain baju Putri.

Danau Terbelah
 Liu Yi segera mengubah perjalanannya menuju Danau Dong Ting. Dia terus berjalan tanpa menghitung hari hingga tiba di tujuan. Putri Naga itu telah memberitahu arah dengan jelas bagaimana menemukan istana keluarganya, yang berlokasi dekat desa di selatan Danau Dong Ting. Putri berpesan untuk bertanya pada penduduk sekitar tentang lokasi pohon jeruk keramat di pinggir danau.

Sesampai di sana, “Ketuk tiga kali, kemudian tepuk tangan tiga kali dan memanggil tiga kali: Dong Ting Jun, saya membawa pesan untuk Anda.”

Liu Yi mengingat petunjuk sang Putri dengan jelas, dan tanpa di duga air danau tiba-tiba terbelah, lalu muncul makhluk mirip kepiting kecil menghampirinya. Dia bertanya bagaimana Liu Yi sampai ke tempat ini dan siapa yang memberikan kata kunci kepadanya. Liu mengatakan beberapa patah kata, dan makhluk itu tanpa banyak bicara lagi memberi isyarat untuk mengikutinya. Mereka berjalan ke dalam danau, kemudian air yang ada di belakang mereka menutupnya, namun jalan di depan mereka tetap terbuka lebar tanpa setetes air pun yang jatuh padanya.

Sebelum mata Liu terpesona dengan keindahan istana yang dikelilingi taman bunga dan pohon yang mengagumkan, ia mengingatkan diri untuk bergegas menyampaikan pesan sang Putri kepada raja naga.

Dia menyerahkan surat sang putri. Raja meneteskan air mata ketika mengetahui penderitaan yang menimpa putrinya. Dalam waktu singkat seluruh istana mendengar kabar penderitaan sang putri.

Namun begitu, raja teringat persahabat-annya dengan naga-naga Sungai Jinghe yang telah lama terjalin, sehingga membuatnya ragu untuk melakukan tindakan tegas. Tak satu pun yang berani mendesaknya. Tiba-tiba, seseorang menerobos masuk dari arah pintu dan berteriak, “Kakak, ketika Anda masih bimbang memutuskan, putri kita dapat terbunuh. Saya akan pergi.”

Pertempuran Sengit
 Adik Raja Naga Sungai Qiantang, Qiantang Jun, adalah naga yang bertabiat lekas marah namun sebenarnya sangat baik hati. Percaya pada keadilan dan tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menolong orang. Dia bergegas datang ke istana begitu mendengar nasib buruk yang menimpa kemenakannya.

Sebagai pribadi yang suka membuat keputusan cepat, Qiantang Jun tak menunggu lebih lama lagi, dia lalu mengubah wujudnya menjadi naga dan terbang ke langit, sembari membuat guntur dan petir. Liu Yi terkesima melihat seluruh peristiwa yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.

Hanya dalam beberapa jam kemudian, Qiantang Jun kembali ke istana, dengan berhasil memboyong kembali kemenakannya. Banyak naga Sungai Jinghe telah terbunuh saat pertempuran sengit berlangsung. Qiantang Jun dan kakaknya tertawa penuh kegembiraan merayakan kembalinya sang putri. (Angela Wang)
»»  READMORE...

Menyelamatkan Putri Naga Bag.1

Dari masa ke masa, legenda Tiongkok diturunkan dari generasi ke generasi, dan seiring dengan itu kisah ini telah disesuaikan dalam kehidupan mereka, oleh karena itu banyak muncul peristiwa dan karakter baru. Sebenarnya setiap versi cerita mengajarkan prinsip yang sama, dari hal yang ingin disampaikan legenda tersebut.

Legenda Liu Yi mengantarkan pesan Putri Naga semakin popular sejak pertama kali diceritakan pada zaman Tiongkok kuno. Kisah ini berasal dari Dinasti Tang, periode Zhen Yuan (785-805 Masehi). Saya akan menuliskan kembali kisah ini, dengan mengambil kisah terbaik dari berbagai versi berbeda yang pernah saya dengar.

Tangisan dari Kejauhan
Pemuda Liu Yi berasal dari daerah sekitar Sungai Yangtze dan utara Danau Dongting, Provinsi Hubei, Tiongkok. Ia mengadakan perjalanan jauh ke Beijing, mengikuti ujian tahunan dari kerajaan untuk mengisi posisi dalam pemerintahan.Ujian ini merupakan persyaratan mutlak bagi pelajar yang ingin mengabdi kepada kaisar dan membantu mengatur negara.

Liu Yi melintasi Sungai Jinghe, yang mengalir jauh dari kaki Gunung Kongton bagian timur Provinsi Gansu. Saat menyusuri tepian sungai di musim dingin, Liu merasa angin dingin utara terus mendorongnya berjalan. Dia merasa seperti pengembara kesepian di padang yang sunyi.Berjalan seorang diri dengan ditemani angin dingin utara, membuatnya hampir tak percaya jika ada manusia yang tinggal di padang salju yang terpencil ini. Namun demikian, dari kejauhan dia mendengar tangisan pilu seseorang. Liu memutuskan untuk mencari asal suara itu.

Ketika menemukannya, Liu melihat seorang perempuan muda, menggigil kedinginan di tengah sekawanan domba. Tangannya memegang sebuah cambuk, sebagai pertahanan dirinya, dengan wajah yang berurai air mata, dia terus menangis dengan menyayat hati. Kesedihan Perempuan Gembala
Liu Yi merasa kasihan, ia mencoba mendekat dan bertanya, “Anda berdiri di tengah padang es dan salju tanpa sehelai rumput pun untuk makanan domba.” Dia tidak menanggapinya, malah menangis tersedu-sedu. Sehingga membuat Liu Yi memberanikan diri untuk bertanya lagi, “Coba katakan pada saya apa yang membuat Anda bersedih? Bisakah saya membantunya?”

Membutuhkan waktu cukup lama bagi Liu Yi untuk membujuk perempuan itu mengatakan sumber kesedihannya. Perempuan itu akhirnya mengaku, bahwa sebenarnya dia adalah putri ketiga Raja Naga Danau Dong Ting. Ayahnya telah menikahkannya dengan putra bungsu dari sepuluh bersaudara Raja Naga Sungai Jinghe.

Dia melanjutkan kisahnya, tentang hal yang tidak diketahui sang ayah saat menikahkannya dengan putra Raja Jinghe. Dia berkata dengan sorot mata ketakutan, bahwa sebenarnya naga-naga Jinghe kejam, bengis, tidak berperasaan dan keras kepala. Suaminya memiliki semua sifat ini dan memperlakukannya dengan sangat buruk.

Selain itu, suaminya sangat egois dan mengabaikan tugas seorang pangeran kepada penduduk sekitar. Penduduk sangat membutuhkan air untuk memelihara ladang agar dapat menghasilkan panen yang bagus. Namun suaminya menolak menurunkan hujan dan tidak mau peduli dengan kekeringan dan bencana yang melanda penduduk lokal.

Putri ini sejak kecil dididik untuk selalu memperlakukan orang dengan baik. Sehingga dia berusaha keras membuat suaminya berubah dan melakukan hal yang benar, menurunkan hujan dan juga membuat cuaca bagus bagi penduduk. Dia meminta suaminya untuk membuat hidup penduduk dalam kedamaian dan kebahagiaan.

Namun sang suami justru menolak mendengar nasehatnya dan sangat murka. Kedua mertuanya juga membela sang pangeran dan tidak suka dengan nasihat belas kasihnya. Mereka merampas alat ajaib yang dapat membuatnya berkomunikasi dengan keluarganya, lalu mengusirnya dari istana. Mereka lantas menjadikan dirinya sebagai perempuan penggembala domba.

Sesungguhnya kawanan domba itu bukanlah domba biasa. Mereka adalah alat ajaib dan prajurit yang digunakan untuk menurunkan hujan, petir dan guntur. Namun ketika merawat kawanan domba ini, dia dianiaya secara mental dan fisik. Untuk membuatnya semakin sengsara, mereka tidak membiarkan keluarganya mengetahui kondisi Putri.

Membawa Pesan
Mendengar ini, Liu Yi tak bisa membantu banyak, namun ia merasa marah karena seseorang telah diperlakukan tidak adil karena ingin melakukan hal yang baik dan benar. Liu Yi bertanya, “Bagaimana saya dapat membantu Anda terlepas dari penderitaan ini?”

Puteri itu menjawab dengan perasaan haru, “Anda seorang yang jujur. Saya akan merasa berhutang budi dan berterima kasih pada Anda jika dapat membantu saya. Anda menjadi penyelamat saya.”

Dia meneruskan perkataannya setelah menatap Liu Yi beberapa saat, “Tolong antarkan surat kepada orang tua saya. Akan tetapi arah jalannya berbeda dan akan menunda perjalanan Anda ke Beijing, sehingga Anda tidak bisa mengikuti ujian. Bila Anda ke Beijing dulu, Anda tidak akan mempunyai waktu cukup untuk mengantarkan surat ini, dan saya merasa tak nyaman jika menunda perjalanan Anda.”

Tidak ada keraguan dalam benak Liu untuk menolong putri yang malang itu. Dia berkata, “Bagaimana bisa seorang pria sejati mengabaikan penderitaan orang lain untuk kepentingannya sendiri? Saya bersedia menunda ujian itu di lain waktu.” Kemudian Putri itu menyobek pakaiannya, dan melukai tangannya, serta menulis surat dengan darah dari jemarinya.

Surat itu tertulis, “Ayah, putri ketigamu hidup dalam penderitaan, diremehkan dan diperlakukan buruk. Dia bisa meninggal kapan pun karena lingkungan tempat tinggalnya. Mohon datang dan selamatkan putrimu sesegera mungkin.” (Angela Wang)

Bersambung ke bag. 2
»»  READMORE...

Sunday, January 15, 2012

PERTAPA

Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, nampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai. Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan. Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi berasal. Ternyata, di sana nampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras. Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Karena itu, ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting. Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya. Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting. Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, "Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?" Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa mahluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting," jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik. Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya. " Lihat Anak muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong mahluk lain, bukankah tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul kan?" Seketika itu, si pemuda tersadar. "Terima kasih paman. Hari ini saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang paman ajarkan." Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orang tua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, seringkali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu. Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.
»»  READMORE...

REINKARNASI ANJING PENJAGA HARTA

Alkisah, Pada zaman dahulu kala, Sang Guru berjalan melewati rumah orang kaya. Orang kaya ini kebetulan tidak berada di rumah.

Rumah orang kaya ini sangat mewah, perabot furniture di dalam rumah sungguh nyaman. Di dalam ruang tamu ada sebuah kursi malas yang mewah.

Orang kaya ini memelihara seekor anjing. Anjing ini menjadi kesayangan majikannya. Biasanya kursi malas yang ada diruang tamu ini tidak boleh diduduki orang lain. Hanya anjing itu yang selalu tidur di kursi malas yang empuk dan hangat itu. Anjing itu bahkan sangat jarang dan hampir tidak pernah meninggalkan kursi malasnya.

Bahkan, ketika si anjing makan sehari tiga kali pun, dia tetap duduk di atas kursi ini. Makanan anjing ini dihidangkan dengan peralatan makan yang sangat mewah.

Ketika Sang Guru memasuki rumah itu, bertepatan saat anjing ini sedang makan. Ketika anjing ini melihat Sang Guru, dia melompat turun dari kursinya, menyalak dengan galak, sehingga Sang Guru tidak bisa mendekatinya.

Sang Guru kemudian berkata kepada anjing ini, ”Sifat tamakmu terhadap harta masih belum berubah, pada kehidupan yang lalu begitu, pada kehidupan sekarang masih tetap tidak bisa berubah.”

Setelah berkata demikian sang Guru membalikkan badan meninggalkan tempat itu. Anjing ini setelah mendengar perkataan sang Guru, dengan sedih menelungkupkan badannya di lantai. Tidak berapa lama kemudian, majikannya pulang. Anjing ini tidak seperti biasanya dengan gembira menyambut majikannya, tetap menelungkupkan badannya di lantai.

Majikannya memanggilnya, dia tetap tidak berdiri dan mendekati majikannya, kelihatannya dia sangat sedih.

Akhirnya majikannya menanyakan kepada pembantunya, siapa yang menyakiti anjingnya sehingga anjingnya kelihatan sangat sedih?

Pembantunya kemudian bercerita bahwa tadi sang Guru lewat. Anjingnya turun dari kursi malas menyalak dengan galak. Tetapi setelah Sang Guru berkata beberapa kata, anjing ini berubah menjadi sedih, makanannya juga tidak disentuh.

Orang kaya ini sangat menyayangi anjingnya, setelah mendengar cerita bergegas pergi mencari Sang Guru dan bertanya kepadaNya,

”Engkau demikian berbelas kasih, kenapa ketika melewati rumah saya, memarahi anjing saya, hingga dia menjadi sangat sedih?” tanyanya. Sang Guru menjawab dengan bijaksana, ”Engkau sangat menyayangi anjingmu, karena anjingmu pada kehidupan yang lalu adalah ayah kandungmu. Kehidupan dahulu dia juga sangat suka kepadamu, hal ini adalah wajar,” katanya.

Orang kaya ini setelah mendengar perkataan Sang Guru, di hatinya timbul kecurigaan lalu dia bertanya kepada Sang Guru lagi, ”Bagaimana saya bisa membuktikan bahwa dia pada kehidupan yang lalu adalah benar-benar ayah saya?”

Sang Guru mengatakan kembali kepada orang kaya tersebut, ”Dia mempunyai kebiasaan, mempunyai keterikatan yang sangat besar kepada harta, ketika engkau kecil, karena takut kehilangan hartanya, dia menyembunyikan uang dan harta karunnya. Karena keterikatan yang parah terhadap harta karunnya, sehingga ketika dia meninggal masih khawatir kepada uang dan harta karun yang disimpan sehingga dia reinkarnasi menjadi anjing dirumahmu. Sejak lahir dia sudah sangat menyukaimu, biasanya setiap hari dia tidak pernah meninggalkan kursi malas yang biasanya diduduki ayahmu, jika engkau tidak percaya, pulanglah dan tanyakan kepadanya dimana dia dahulu menyimpan hartanya?”

Orang kaya ini setelah mendengar perkataan Sang Guru, lalu pulang ke rumahnya. Sambil mengelus-elus anjingnya dia berjongkok bertanya kepada anjingnya, ”Jika benar engkau memang ayah saya, tolong bawa saya ketempat dimana engkau menyembunyikan uang dan harta karunmu?”

Akhirnya, anjing ini tidak berhentinya mengendus-endus dibawah kursi malas, dengan tangannya mengaruk-garuk lantai. Melihat gerakan anjingnya, setengah percaya setengah curiga, akhirnya dia menyuruh pembantunya mencangkul lantai di bawah kursi malas.

Setelah dicangkul lebih kurang satu meter, mereka melihat sebuah kotak besar. Di dalam kotak ternyata berisi uang dan harta karun. Kotak uang dan harta karun itu, selama ini tersembunyi di bawah kursi malas!”

Setelah melihat kotak berisi uang dan harta karun ini, karena sedih orang kaya itu meneteskan airmata.

”Sungguh mengerikan! Jika di dalam hati tamak dengan harta sungguh mengerikan! Ayah saya demi menjaga hartanya, setelah meninggal, rela reinkarnasi menjadi seekor anjing demi menjaga hartanya. Sungguh kasihan, sungguh menyedihkan dan juga sungguh menakutkan!” katanya.
»»  READMORE...

Legenda Lotus Ajaib

Seorang dewi bernama Shan Shengmu jatuh cinta pada seorang manusia biasa, pelajar Liu Yanchang. Dengan menentang kehendak kakaknya bernama Erlang, San Shengmu melarikan diri dari istana dengan membawa lentera lotus ajaib dan turun ke bumi.

Mereka berdua akhirnya menjadi suami istri dan hidup bahagia.

Mereka dikaruniai seorang putra yang diberi nama Chen Xiang. Tujuh tahun kemudian, Erlang berhasil menemukan mereka dengan kerlipan cahaya yang dipancarkan lentera lotus ajaib milik San. Demi menegakkan hukum Langit, Erlang menculik Chen Xiang dan memaksa San Shengmu mengembalikan lentera itu. Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya San mengembalikan lentera itu dan dikurung di bawah sebuah gunung besar, bernama Hua Shan.

Saat di istana langit, Chen Xiang telah mengetahui latar belakang dirinya dan bagaimana ibunya di kurung dibawah gunung. Chen berencana untuk mengambil lentera lotus itu kembali. Dengan bantuan dari beberapa penghuni istana, dia berhasil mengambil lentera itu dan melarikan diri dari istana langit untuk mencari ibunya.

Misi penyelamatan yang dilakukan Chen, sungguh adalah perjalanan yang panjang dan sulit. Selama dalam perjalanan Chen menjumpai banyak kesulitan, seperti terhadang dengan padang pasir yang luas, longsoran batu besar dan salju, gempa bumi dan badai pasir yang menakutkan. Tak satu pun bisa mengubah tekadnya untuk menyelamatkan ibunya. Seiring dengan mengalami kesulitan-kesulitan ini, dia semakin bertambah dewasa dan menjadi pemuda yang berani.

Keteguhan hati Chen Xiang telah menggugah Raja Monyet. Akhirnya Raja Monyet memberikan petunjuk bagaimana tiba di Gunung Hua Shan, dan memberinya seekor monyet kecil dan naga putih kecil untuk membantunya. Kemudian mereka langsung lari menuju gunung berapi itu. Dengan bantuan suku setempat, mereka berhasil meruntuhkan patung batu Erlang dengan kapak ajaib buatan Chen Xiang.

Ketika Chen Xiang bertarung dengan Erlang, ia menjadi bertambah kuat dengan menggunakan kapak itu. Ketika Erlang siap membunuh Chen dan merampas lentera ajaib itu, tiba-tiba sinar emas lentera itu menembus tubuh Chen Xiang dan menyatu ke tubuhnya. Akhirnya Chen berhasil mengalahkan Erlang.

Kemudian Chen Xiang membelah gunung dan Shan Shengmu ibunya, berhasil diselamatkan. Akhirnya ibu dan anak bersatu kembali!
»»  READMORE...