Thursday, February 2, 2012

Kisah Tukang Cukur

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.

Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang TUHAN.

Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya kalau TUHAN itu ada”.
“Kenapa kamu berkata begitu ?” tanya si konsumen.

“Begini, coba kamu perhatikan di depan sana, di jalanan…. untuk menyadari bahwa TUHAN itu tidak ada”.
“Katakan kepadaku, jika TUHAN itu ada. Adakah yang sakit? Adakah anak-anak terlantar? Adakah yang hidupnya susah?” .

“Jika TUHAN ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan”.

“Saya tidak dapat membayangkan TUHAN Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi”.

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon apa yang dikatakan si tukang cukur tadi, karena dia tidak ingin terlibat adu pendapat.

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (Jawa : mlungker-mlungker – Red), kotor dan brewok, tidak pernah dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur tadi dan berkata :
“Kamu tahu, sebenarnya di dunia ini TIDAK ADA TUKANG CUKUR..!”

Si tukang cukur tidak terima, dia bertanya : “Kamu kok bisa bilang begitu?”.
“Saya tukang cukur dan saya ada di sini. Dan barusan saya mencukurmu!”

“Tidak!” elak si konsumen.
“Tukang cukur itu TIDAK ADA! Sebab jika tukang cukur itu ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.

“Ah tidak, tapi tukang cukur itu tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.
“Apa yang kamu lihat itu adalah SALAH MEREKA SENDIRI, mengapa mereka tidak datang kepada saya untuk mencukur dan merapikan rambutnya?”, jawab si tukang cukur membela diri.

“COCOK, SAYA SETUJU..!” kata si konsumen.
“Itulah point utamanya!.. Sama dengan TUHAN.

“Maksud kamu bagaimana?”, tanya si tukang cukur tidak mengerti.

Sebenarnya TUHAN ITU ADA ! Tapi apa yang terjadi sekarang ini.?
Mengapa orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU mencari-NYA..?
Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”

Si tukang cukur terbengong!!!! Dalam hati dia berkata : “Benar juga apa kata dia..mengapa aku tidak mau datang kepada TUHANKU, untuk beribadah dan berdoa, memohon agar dihindarkan dari segala kesusahan dalam hidup ini..?”
»»  READMORE...

Wednesday, February 1, 2012

KELEDAI DAN PETANI TUA

Suatu pagi yang cerah, ada seorang petani tua sedang berjalan bersama keledai tuanya menuju ke kota. Sang petani hendak menjual hasil panennya di kota. Mereka berjalan dengan penuh semangat sambil membayangkan pundi-pundi emas yang akan didapat setibanya di sana.

Tiba-tiba di tengah perjalanan, keledai tua sang petani terperosok ke sebuah sumur tua yang sangat dalam. Sumur itu memang tidak terlihat karena tertutupi oleh papan dan daun-daun kering di atasnya. Keledai tua itu lantas menjerit-jerit, “Tolong, tolong keluarkan aku dari sini, petani!”. Sang petani tua pun merasa sangat khawatir karena sebagian dari masa depannya, hasil panen yang melimpah ruah, turut jatuh bersama dengan keledai tua ke dalam sumur. “Bagaimana aku dapat menyambung hidup jika aku tidak berhasil menjual hasil panenku? Aku harus segera mengangkat keledaiku! Karena hasil panenku terikat di punggungnya”, gumam petani.


Petani pun lantas memutar otak untuk mengangkat keledai tuanya dari dasar sumur. Ia berkeliling di sekitar sumur dan menemukan seutas tali. Lantas, ia pun mengambilnya dan menjulurkan tali tersebut ke dalam sumur. “Keledai, raih dan genggam tali itu! Saya akan menarikmu ke atas!”, teriak petani. Keledai berusaha untuk meraih dan menggenggam tali tersebut dan tentu saja sia-sia! Keledai tidak mempunyai jari-jemari layaknya manusia untuk dapat mengenggam tali tersebut.

Petani kemudian memutar otaknya kembali. “Ah, ya saya tau!”, cetus petani. Ia lantas membuat simpul dari tali tersebut sehingga menyerupai tali laso yang biasa digunakan oleh koboi-koboi di barat. Ia lalu menjulurkan tali tersebut ke dalam sumur, “Keledai! Masukkan lehermu ke dalam simpul tersebut! Aku akan menarikmu!”. Keledai lantas menuruti perintah petani. Namun, belum sampai beberapa detik sang keledai tertarik ke atas, ia serta merta melepaskan kepalanya dari simpul yang dibuat majikannya. Keledai berteriak, “Petani! Kau ingin membunuhku dengan tali itu, ya?”.

Sang petani terperangah. Betapa bodohnya ia! Lantas, ia berusaha berpikir keras lagi. “Bagaimana ini? Aku harus mencari jalan lain menarik keledaiku.”, gumam petani dalam hati. Ia berkeliling lagi di sekitar sumur, berusaha untuk mencari sesuatu yang dapat dipergunakan mengangkat keledainya ke atas. Tiba-tiba, ia terantuk sebilah bambu. “Ah, ya mungkin dengan ini aku bisa mengangkat keledaiku”.

Petani lantas menjulurkan bambu panjang tersebut ke dalam sumur. “Keledaiku! Coba kau jepitkan kedua kaki depanmu ke bambu itu! Nanti aku akan menarikmu ke atas!”, teriak petani. “Baik, petani!”, jawab keledai. Memang karena permukaan bambu itu licin maka keledai selalu terjatuh setiap kali akan ditarik ke atas oleh petani.

Petani belum menyerah, ia kembali mencari-cari akal untuk mengeluarkan keledainya dari sumur tua tersebut. Ia lantas melihat sebuah kayu besar dengan ranting-ranting yang dianggapnya cukup kokoh. Bersusah payah, ia menggeret kayu tersebut dan memasukkanya ke dalam sumur. “Keledaiku! Aku menemukan sebuah kayu. Lompatlah ke ranting-rantingnya untuk menuju ke atas!”, terika petani. Begitu sang keledai melompat ke ranting pertama, terdengar bunyi KRAK. Ya, ranting tersebut patah tentu saja.

Petani menjadi sangat lemas dan putus asa melihat segala usahanya tidak membuahkan hasil. Ia menyerah dan berpikir, “Ah, sudahlah. Memang bukan rezekiku untuk mendapatkan pundi-pundi emas di kota. Sudah tidak ada jalan lain lagi. Daripada aku sakit hati lebih baik aku kuburkan saja sekalian keledaiku itu di sumur tersebut.”

Petani kemudian mulai menggali tanah dan melemparkan gundukan-gundukan tersebut ke dalam sumur. “Selamat tinggal, keledaiku dan hasil panenku!”, begitu pikirnya sambil terus melemparkan gundukan-gundukan tanah ke sumur. Setelah cukup lama, tiba-tiba ada suara seekor keledai menjerit-jerit keluar dari sumur. “Petani! Petani! Aku di sini! Aku berhasil keluar”, teriak keledai itu.

Petani menolehkan kepalanya dan memandang dengan takjub. “Bagaimana bisa?”, tanya petani. “Ketika engkau sedikit demi sedikit memasukkan gundukan tanah ke dalam sumur, aku meloncat ke atasnya. Begitu seterusnya sehingga akhirnya aku berhasil keluar dari sumur ini!”. Petani merasa sangat berbahagia karena ternyata ia masih dapat menyambung hidupnya dengan mendapatkan pundi-pundi emas di kota. Begitu pula dengan keledai, karena ia berhasil terselematkan dari ancaman kematian.

***

Begitulah kisah seorang petani tua yang mempunyai impian tinggi dengan keledai tuanya yang terperosok ke dalam sumur tua dan berusaha keluar dari dalamnya. Jika dianalogikan hal ini mirip dengan keadaan ketika kita berusaha meraih impian-impian kita. Sering kita terjembab ke dalam permasalahan-permasalahan. Sering pula kita berpikir bahwa cara A, B, C, dan D kita anggap sebagai cara terbaik dalam menyelesaikan masalah kita. Tapi, ternyata justru cara A, B, C, dan D tersebut tidak memberikan penyelesaian sama sekali. Sering pula kita berpikir bahwa cara E itu tidak baik, cara E adalah hal yang buruk untuk dilakukan dan tidak mungkin menyelesaikan suatu masalah. Tapi, ternyata cara E justru merupakan solusi dari sebuah permasalahan. tidak semua solusi terasa manis dan mudah untuk dilakukan. Terkadang, solusi dari permasalahan adalah hal yang pahit untuk dikerjakan namun berbuah manis. Seorang yang ingin berprestasi tidaklah melulu mengerjakan hal-hal yang mudah dan manis. Pengorbanan dan kepahitan adalah hal yang niscaya dalam mengejar prestasi. Yakinlah, buahnya pun pasti akan manis.
»»  READMORE...

Tuesday, January 31, 2012

MenyelamatKan Putri Naga Bag.3

Setelah pertempuran besar terjadi maka mereka berhasil memboyong Putri Naga kembali ke keluarganya dengan selamat.

Tak Harap Imbalan
Sebuah perjamuan besar digelar untuk merayakan kembalinya Putri dan sebagai ungkapan rasa terima kasih terhadap Liu yang telah berjasa dalam penyelamatan tersebut.

Kelak dimasa depan tulisan dalam surat tersebut dibuat menjadi sebuah lagu dan cerita yang terus di dengar dari waktu ke waktu.

Sang Putri terus berterima kasih kepada Liu atas budi jasanya, namun Liu hanya merasa gembira bisa membantunya dan tidak meminta imbalan apapun. Dalam mengenakan busana kerajaan, penampilan sang putri terlihat berbeda, kini tampak anggun dan cantik dengan memakai mahkota bunga di rambutnya.

Setelah meneguk minuman tiga putaran, Qiantang menawari Liu untuk menikah dengan kemenakannya. Dia katakan Putri Naga tentu tidak akan keberatan sebagai balas budi atas kebaikan Liu.

Seketika Liu terkejut keheranan dan menggoyang-goyangkan kepalanya. Saat dia mampu menguasai diri, ia berkata, “Tidak, tidak, nanti dunia akan mengira saya melakukan ini karena kecantikannya dan ada maksud lain. Sebagai seorang pria, sudah seharusnya siap menolong setiap orang yang membutuhkan.”

Masih dalam keadaan sedikit ling-lung, dia berkata, “Ada perkataan bahwa seorang ksatria tidak akan mengharap imbalan atas kebaikan yang dilakukannya. Dia melakukan itu bagi kebaikan orang yang membutuhkannya. Maafkanlah saya, saya tidak bisa menerima maksud baik Anda. Namun yakinlah, saya sangat mengagumi Putri.” Setelah mengatakan ini, Liu meninggalkan istana Raja Naga, layaknya seorang ksatria tanpa mengambil hadiah dan imbalan yang ditawarkan.

Pasangan Serasi
Sesampai di rumah, Liu menceritakan kepada ibunya semua peristiwa yang terjadi. Si Ibu menatapnya dengan perasaan takjub, dan berkata, “Ternyata Dewa benar-benar ada di dunia ini.” Ibunya merasa bangga terhadap tindakan Liu yang telah berbuat layaknya seorang ksatria.

Tak terasa waktu telah berlalu satu tahun. Ibu Liu menginginkan putranya untuk segera menikah dan berkata bahwa laki-laki dan perempuan bila telah beranjak dewasa sudah seharusnya menikah.

“Ibu telah memilihkan calon yang sesuai untukmu. Dia putri dari Keluarga Lu di Wilayah Jie-ang, tidak jauh dari sini. Keluarga baik-baik, dia juga telah dididik untuk menjadi istri yang baik, selain itu dia baik dan pintar, juga pekerja keras. Kamu akan menyukainya. Jadi segeralah pilih hari pernikahanmu.”

Pada malam pernikahannya, Liu hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pengantin perempuan sangat mirip dengan putri ketiga Raja Naga Dong Ting. Kemudian Liu menceritakan kisahnya dan mengaku masih memikirkan sang putri. Namun demikian dia akan selalu menjadi seorang pria sejati, baik dalam perkataan maupun perbuatannya, dia berjanji akan selalu menghormati dan menghargai istrinya.

Mendengar pengakuan Liu, hati pengantin perempuan sangat tersentuh. Kemudian dia juga mengaku bahwa sebenarnya dia adalah putri ketiga Dong Ting. Selama ini dia tidak dapat melupakan kebaikan hati Liu. Sang putri sangat percaya pada perkataan orang dulu, bahwa seseorang yang menerima setetes air kebajikan, akan membalasnya dengan sumber mata air. Sebenarnya keluarga Putri telah lama memeras otak untuk mewujudkan impiannya.

Paman Qiantang Jun tinggal bersama putri di Wilayah Jieyang. Mereka telah menemukan cara untuk menyatukan sepasang kekasih ini, dan penyatuan ini nampak seolah-olah direstui Langit.

Petikan Moral
Kisah ini termasuk salah satu legenda yang paling disukai, dan dimasa lalu ditulis ulang dalam bentuk fiksi, drama dan film. Kebanyakan orang pernah mendengar kisah ini dan dapat menceritakannya.

Liu Yi menjadi contoh dari kebijakan tradisional Tiongkok yang mengatakan bahwa seorang ksatria tidak mengharapkan imbalan ketika memberikan bantuan ataupun manfaat pada orang lain. Perkataan ini telah menjadi panutan orang saat melakukan perbuatan baik.

Selain itu, kisah ini juga menceritakan bagaimana seseorang bersikap ketika memperoleh kebajikan dari orang lain: seseorang yang menerima setetes air kebajikan, akan membalasnya dengan sumber mata air.

Prinsip-prinsip ini adalah sederhana, prinsip moralitas yang universal, dan dengan kisah-kisah seperti ini, mereka tetap bersemayam di dalam benak setiap orang Tiongkok selama berabad-abad, namun kini telah diabaikan dan dilupakan. Sekarang di RRT ada perkataan umum, “Setiap orang seharusnya mawas diri. Jika tidak, Langit akan menghancurkan.”

Perkataan ini sungguh berbalikan dengan kebijakan kuno. Manusia telah kehilangan martabatnya yang membuat mereka menjadi seorang manusia. Betapa bahayanya ini bagi dunia! (Angela Wang)
»»  READMORE...

Monday, January 30, 2012

Mimpi Dikejar 1000 Hantu

Halo nama saya Bid (disamarkan). Kejadiannya bukan saya yang ngalamin tapi kk sepupu saya. Langsung ke cerita ...

Waktu itu sepupu saya panggil aja si Rudi (disamarkan) habis nonton bioskop. Semua film horror sudah dia nonton kecuali 2 film yaitu pelet kuntilanak and jenglot pantai Selatan. Nah Rudi mau nonton (maju sedikit soalnya kagak serem).

Saat aku dan Rudi mau tidur (kamar ku dan Rudi bersebelahan), aku mendengar teriakan Rudi sangat nyaring hingga tetanggapun mendengar. Lalu para tetangga berdatangan kemari untuk membangunkan Rudi dan akhirnya Rudi terbangun. Lalu saat pak Ardi menanyakan ke Rudi:


Pak Ardi : Rudi kenapa berteriak-teriak?
Rudi : Saya mimpi dikejar 1000 hantu pak!
Pak Ardi : Kamu tidur ada bawa nasi? (bekas makan)
Rudi : Nggak tau pak, saya cek dulu.

Rupanya ada banyak nasi di tubuh Rudi. Rudi baru ingat ia habis menumpahkan nasi dengan tidak sengaja lalu Rudi terjatuh, mungkin itu penyebab mimpi itu terjadi.

Tamat.

(maaf ceritanya sedikit tidak nyambung)

Ingat : jangan bawa nasi saat mau pergi tidur.
»»  READMORE...

Sunday, January 29, 2012

MEMENTINGKAN HARTA DARI NYAWA

Shuizhou tempat ini kali dan sungainya banyak, karenanya semua orang pandai berenang. Bocah-bocah yang berusia 5-6 tahun bisa bermain-main dan menangkap ikan di sungai ini, dan lebih hebat lagi kecakapan berenang orang dewasa.

Suatu hari, beberapa orang dari Shuizhou bersama seperahu melintasi sungai. Sepanjang perjalanan semua orang berbicara dengan gembira dan jenaka.

Satu di antaranya mengatakan bahwa dirinya sudah beberapa tahun pergi berdagang, dan sekarang pulang melihat-lihat keluarga. Ia membawa sebuah buntalan di sisinya, dan selalu berada di sisinya setiap saat.

Perahu tiba di pusat sungai, dan hal yang merepotkan terjadi. Karena sebelumnya turun hujan badai selama beberapa hari berturut-turut, sehingga air pasang melonjak hebat, dan saat ini angin kembali bertiup di permukaan sungai, sehingga membangkitkan gelombang raksasa. Dan tiba-tiba, sebuah gelombang menerjang ke perahu, sehinga memboboli sebuah lubang besar di ujung perahu, dengan gencar air sungai menggenangi perahu, dan perahu kecil akan segera tenggelam. Melihat kondisi yang buruk, orang-orang yang berada di atas perahu berturut-turut terjun ke sungai, berenang menyelamatkan diri, dan dengan sekuat tenaga berenang ke tepian.

Dan orang yang sebelumnya selalu membawa buntalan itu napasnya tersengal-sengal, kedua tangan turun naik berusaha berenang, namun meskipun lelahnya bukan main, berenangnya tetap saja sangat lamban. Teman seperahunya merasa sangat aneh, lantas bertanya padanya: “Hei, selama ini kamu sangat mahir berenang, kenapa kali ini malah ketinggalan di belakang?” Dengan napas tersengal-sengal orang itu menjawab: “Sebelum terjun ke sungai, saya membelitkan buntalan berisi seribu kepingan besar uang, karena itulah saat berenang sangat melelahkan.”

Dan tidak beberapa lama kemudian, orang itu semakin tidak bisa bergerak (berenang) lagi, melihat tanda-tanda bahaya akan segera tenggelam, teman seperahunya menjadi cemas padanya, dan mengingatkan : “Lepaskanlah uang itu dan buang saja!” Saking lelahnya orang itu tidak bisa berkata, hanya berusaha sekuat tenaga menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dan terakhir benar-benar tidak bisa berenang lagi, melihat akan segera tenggelam melihatnya demikian orang-orang lain menjadi sangat cemas, lalu berteriak kencang padanya : “Kenapa kamu begitu tolol, nyawa sudah hampir tak tertolong lagi, apa gunanya lagi uang itu? Sekarang buang uang itu masih belum terlambat, cepat buang uang itu, cepatlah, buang uang itu!” Orang itu tetap saja dengan sekuat tenaga menggeleng-gelengkan kepalanya, tetap tidak rela membuang uangnya. Dan terakhir, akhirnya ia benar-benar kelelahan, dan ia tenggelam ke dasar sungai bersama-sama dengan uangnya.

Pesan moral : Pepatah mengatakan “manusia mati karena harta”. Uang adalah benda di luar tubuh, bagaimana bisa lebih penting dibanding nyawa? Apalagi, nyawa sudah melayang, apa yang dapat dipakai untuk menikmati uang itu? Memandang uang di atas segala-galanya, oh! benar-benar sangat bahaya sekali. Yang ringan mendatangkan musibah, sedangkan yang berat akan menjadi budak uang, dan akhirnya meninggal karena harta.
»»  READMORE...

KEBIJAKAN YANG MENYELAMATKAN NYAWA

Sebuah regulasi dinasti yang menetapkan batas atas dari orang-orang di pulau itu untuk 300 orang. Pemerintah menyediakan makanan hanya cukup untuk 300 penjahat saja. Selain itu, pulau itu sangat kecil dan tidak bisa benar-benar menahan orang lagi.

Biasanya ketika jumlah orang di pulau itu melebihi 300, para pejabat akan menenggelamkan para penjahat surplus dalam laut. Kepala Pulau Dukun, Li Qing, melemparkan lebih dari 700 penjahat ke laut selama masa jabatannya.

Ketika Ma Mo menjadi kepala Deng Zhou ( sekarang Penglai daerah di Provinsi Shangdong ), ia tidak senang dengan pendekatan yang kejam sehingga ia memutuskan untuk mengubahnya. Dia menulis surat kepada kaisar, "Karena istana telah memaafkan para penjahat dan membiarkan mereka untuk hidup di pulau itu, tapi kenapa kemudian melemparkan penjahat yang lebih ke laut. Bukankah itu menentang keinginan kaisar di masa yang lalu?

Jika kuota melebihi 300 orang, mengapa tidak melepaskan penjahat yang telah hidup di pulau itu untuk waktu yang lama dan meminta mereka untuk membuat hidup mereka sendiri? " Kaisar berpikir bahwa itu adalah ide yang baik dan memberi perintah untuk mengubah peraturan tersebut. Sejak saat itu, banyak penjahat di pulau itu bisa hidup.

Ma Mo tidak memiliki seorang putra. Suatu hari, dia mendapat mimpi di mana utusan dari Yu Huang, Kaisar di Surga, mengatakan kepadanya bahwa ia akan diberi seorang putra dan seorang putri karena perbuatan baik yang telah dia lakukan untuk orang-orang di pulau itu. Setelah itu, istrinya memang melahirkan dua anak, seorang laki-laki dan seorang gadis.

Mo Ma menyelamatkan nyawa beberapa orang dan mencegah orang lain melakukan kejahatan pembunuhan sehingga kebaikannya mendapat balasan.
»»  READMORE...