Tuesday, January 31, 2012

MenyelamatKan Putri Naga Bag.3

Setelah pertempuran besar terjadi maka mereka berhasil memboyong Putri Naga kembali ke keluarganya dengan selamat.

Tak Harap Imbalan
Sebuah perjamuan besar digelar untuk merayakan kembalinya Putri dan sebagai ungkapan rasa terima kasih terhadap Liu yang telah berjasa dalam penyelamatan tersebut.

Kelak dimasa depan tulisan dalam surat tersebut dibuat menjadi sebuah lagu dan cerita yang terus di dengar dari waktu ke waktu.

Sang Putri terus berterima kasih kepada Liu atas budi jasanya, namun Liu hanya merasa gembira bisa membantunya dan tidak meminta imbalan apapun. Dalam mengenakan busana kerajaan, penampilan sang putri terlihat berbeda, kini tampak anggun dan cantik dengan memakai mahkota bunga di rambutnya.

Setelah meneguk minuman tiga putaran, Qiantang menawari Liu untuk menikah dengan kemenakannya. Dia katakan Putri Naga tentu tidak akan keberatan sebagai balas budi atas kebaikan Liu.

Seketika Liu terkejut keheranan dan menggoyang-goyangkan kepalanya. Saat dia mampu menguasai diri, ia berkata, “Tidak, tidak, nanti dunia akan mengira saya melakukan ini karena kecantikannya dan ada maksud lain. Sebagai seorang pria, sudah seharusnya siap menolong setiap orang yang membutuhkan.”

Masih dalam keadaan sedikit ling-lung, dia berkata, “Ada perkataan bahwa seorang ksatria tidak akan mengharap imbalan atas kebaikan yang dilakukannya. Dia melakukan itu bagi kebaikan orang yang membutuhkannya. Maafkanlah saya, saya tidak bisa menerima maksud baik Anda. Namun yakinlah, saya sangat mengagumi Putri.” Setelah mengatakan ini, Liu meninggalkan istana Raja Naga, layaknya seorang ksatria tanpa mengambil hadiah dan imbalan yang ditawarkan.

Pasangan Serasi
Sesampai di rumah, Liu menceritakan kepada ibunya semua peristiwa yang terjadi. Si Ibu menatapnya dengan perasaan takjub, dan berkata, “Ternyata Dewa benar-benar ada di dunia ini.” Ibunya merasa bangga terhadap tindakan Liu yang telah berbuat layaknya seorang ksatria.

Tak terasa waktu telah berlalu satu tahun. Ibu Liu menginginkan putranya untuk segera menikah dan berkata bahwa laki-laki dan perempuan bila telah beranjak dewasa sudah seharusnya menikah.

“Ibu telah memilihkan calon yang sesuai untukmu. Dia putri dari Keluarga Lu di Wilayah Jie-ang, tidak jauh dari sini. Keluarga baik-baik, dia juga telah dididik untuk menjadi istri yang baik, selain itu dia baik dan pintar, juga pekerja keras. Kamu akan menyukainya. Jadi segeralah pilih hari pernikahanmu.”

Pada malam pernikahannya, Liu hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pengantin perempuan sangat mirip dengan putri ketiga Raja Naga Dong Ting. Kemudian Liu menceritakan kisahnya dan mengaku masih memikirkan sang putri. Namun demikian dia akan selalu menjadi seorang pria sejati, baik dalam perkataan maupun perbuatannya, dia berjanji akan selalu menghormati dan menghargai istrinya.

Mendengar pengakuan Liu, hati pengantin perempuan sangat tersentuh. Kemudian dia juga mengaku bahwa sebenarnya dia adalah putri ketiga Dong Ting. Selama ini dia tidak dapat melupakan kebaikan hati Liu. Sang putri sangat percaya pada perkataan orang dulu, bahwa seseorang yang menerima setetes air kebajikan, akan membalasnya dengan sumber mata air. Sebenarnya keluarga Putri telah lama memeras otak untuk mewujudkan impiannya.

Paman Qiantang Jun tinggal bersama putri di Wilayah Jieyang. Mereka telah menemukan cara untuk menyatukan sepasang kekasih ini, dan penyatuan ini nampak seolah-olah direstui Langit.

Petikan Moral
Kisah ini termasuk salah satu legenda yang paling disukai, dan dimasa lalu ditulis ulang dalam bentuk fiksi, drama dan film. Kebanyakan orang pernah mendengar kisah ini dan dapat menceritakannya.

Liu Yi menjadi contoh dari kebijakan tradisional Tiongkok yang mengatakan bahwa seorang ksatria tidak mengharapkan imbalan ketika memberikan bantuan ataupun manfaat pada orang lain. Perkataan ini telah menjadi panutan orang saat melakukan perbuatan baik.

Selain itu, kisah ini juga menceritakan bagaimana seseorang bersikap ketika memperoleh kebajikan dari orang lain: seseorang yang menerima setetes air kebajikan, akan membalasnya dengan sumber mata air.

Prinsip-prinsip ini adalah sederhana, prinsip moralitas yang universal, dan dengan kisah-kisah seperti ini, mereka tetap bersemayam di dalam benak setiap orang Tiongkok selama berabad-abad, namun kini telah diabaikan dan dilupakan. Sekarang di RRT ada perkataan umum, “Setiap orang seharusnya mawas diri. Jika tidak, Langit akan menghancurkan.”

Perkataan ini sungguh berbalikan dengan kebijakan kuno. Manusia telah kehilangan martabatnya yang membuat mereka menjadi seorang manusia. Betapa bahayanya ini bagi dunia! (Angela Wang)

No comments:

Post a Comment